Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Selasa, 21 November 2023

Momen Kompasianer Diskusi Tanpa Kopi di Taman Margasatwa Ragunan


 



Ternyata tidak semua angka 13 adalah hal buruk. Nyatanya, di KOTeKAtrip 13 ini saya dapat kesempatan jadi salah satu kompasianer yang beruntung untuk jadi peserta. Sedapppp.

KOTeKAtrip 13 adalah sebuah event jalan-jalan dari Komunitas Traveler Kompasiana (KOTeKA) yang digawangi oleh Mbak Gaganawati Stegmann. Tujuan kali ini ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR), akhirnya saya nggak pusing lagi cari tujuan liburan pekan ini untuk anak-anak di rumah.

Sesuai dengan tajuk "Ke Ragunan Bareng Kopaja71, yuk!" KOTeKA bekerja sama dengan komunitas Kopaja71 yang digawangi oleh Bang Edward Horas.

Sepuluh orang kompasianer yang ikut tur ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR) ini, yakni: Ibu Palupi Mustajab (Koordinator Offline KOTeKA), Horas/Edward (Ketua Kopaja71/PO), Merza Gamal (Kopaja71) OmJay / Wijaya Kusumah (Kopaja71), Sutiono Gunadi -- (KOTeKA), Ajeng Leodita (KOTeKA /Pulpen), Inayat (Kopaja71), Nur Taufik (Kopaja71), Emma Malika (KOTeKA), dan Fenni Bungsu (Komunitas Film Kompasiana).


Koleksi Pribadi

Minggu, 19 November 2023. Sampai di TMR, kami langsung masuk ke area parkir kendaraan roda dua. Sebagai informasi, pihak parkir akan menanyakan apakah kita punya kartu debit atau kartu transportasi umum keluaran Bank DKI . 

Jika belum punya, maka kita akan diminta untuk membeli kartu tersebut seharga Rp45.000,- Harga tersebut sudah termasuk tarif parkir kendaraan roda dua Rp3.000/hari dan tarif masuk untuk dewasa Rp4.000/orang dan anak-anak Rp3.000/orang. 

Sebelum tur dimulai, semua peserta berkumpul di bawah pohon rindang dekat dengan pintu masuk utara. Walau peserta yang terpilih bisa dikatakan belum terlalu banyak, namun suasananya terasa lebih hangat. Kami punya banyak waktu untuk berbincang juga berbagi ilmu di dunia kepenulisan dengan akrab.

Tak hanya itu, tips menulis dari para kompasianer langganan Artikel Utama juga masuk dalam catatan saya. Do and Don'ts di Kompasiana juga dapat bocorannya, hahahha. Tak nampak ada kesenjangan antara kompasianer lama dan baru di sini, semua berbaur dalam obrolan yang seru.

Koleksi pribadi

Sambil ngobrol, kami dapat juga cerita dari Bu Palupi yang pernah mengunjungi kebun binatang di Afrika, katanya jika membandingkannya dengan TMR ini, kondisinya sangat jauh berbeda. Di Afrika kondisinya kelihatan kering dan gersang. Wajar saja, 

Taman Margasatwa Ragunan memiliki luas 147 hektar, taman ini merupakan "rumah" bagi 2.000 spesimen dan 50.000 pohon. Sehingga membuat suasananya tetap sejuk walaupun udara sedang terik-teriknya.

Taman ini mulanya berlokasi di jalan Cikini Raya. Berlokasi di atas tanah seluas 10 hektar pemberian Raden Saleh. Kemudian dipindah ke area Ragunan pada 1974 di bawah kepemimpinan Direktur pertama, Mr. Benjamin Galstaun. Sejak diresmikan, Ragunan sudah dipimpin oleh 11 Direktur.

Kembali diingatkan dengan waktu yang terus berjalan, kami pun bergegas untuk memulai rangkaian tur hari ini. Tujuan pertama adalah koleksi burung, kami berkesempatan untuk foto burung Puter Irak, Dederuk Jawa, Walik Mutiara, Delimukan Zamrud dan lain sebagainya.

Koleksi Pribadi

Tujuan selanjutnya adalah melihat Orang Utan. Kalau kata Om Sutiono, "Kita sudah ditunggu Saudara Tua." Dari informasi salah seorang petugas yang terlihat sedang membersihkan daun-daun kering di sekitar kandang, Orang Utan ini punya nama Ratna. Usianya 18 tahun dan sudah melahirkan sebanyak 2 kali.

Ratna Si Orang Utan/Koleksi Pribadi

Jangan kaget melihat kondisi Taman Margasatwa Ragunan yang kini bersih. Selain kepedulian pada kebersihan, juga bisa jadi karena pengunjung disadarkan dengan sejumlah banner imbauan yang bertuliskan "Membuang sampah sembarangan, denda 500k."

Kan jadi nggak lucu kalau masuknya cuma Rp4.000, keluarnya malah bayar Rp500.000, ya nggak? Makanya, jaga kebersihan selama berwisata di sini ya, eh, di semua tempat, deh.

Koleksi Pribadi

Di sepanjang jalan, jangan khawatir merasa haus dan lapar, banyak penjaja minuman dingin dan makanan ringan yang bertebaran.

Setelah berjalan kurang lebih 1 km, kami pun sampai di kandang kuda nil kerdil. Ada 2 ekor kuda nil yang kami lewati. Sayangnya kami tak bisa melihat dengan jelas, karena posisi kuda nil berseberangan dengan titik perhentian kami. Tapi cukuplah melihat mereka berendam dari kejauhan.

Kandang Kudanil/Koleksi Pribadi

Lokasi satwa yang terakhir kami kunjungi yakni cluster koleksi burung-burung bersayap indah seperti merak dan kasuari. Beberapa kali mata saya menangkap mereka mengibaskan sayap dan ekornya yang luar biasa menawan. 

Ya, ternyata memang seindah itu jika dilihat secara langsung. Juga Ketika mendengar suara mereka yang saling bersahutan membuat kami benar-benar seperti berada dalam hutan.

Merak Biru (Blue Peacock)/Koleksi Pribadi

Sesuai arahan Bu Palupi, kami diajak menuju tempat istirahat yang lokasinya cukup dekat dengan cluster burung-burung indah tadi. Berderet gerai makan minum yang hampir semuanya menawarkan menu yang sama. Pecel ayam, pecel lele, karedok, sop iga, bakso, sampai mie instan. Juga tersedia kopi, teh, jus dan minuman dingin yang lain.

Sambil kami memilih makanan, obrolan pun kami lanjutkan. Bu Palupi menyampaikan tur semacam ini dilanjutkan dengan tur-tur lain yang juga melibatkan kompasianer. Beliau juga berharap yang bisa bergabung semakin banyak.

Semua antusias dengan ide itu, dan menawarkan sejumlah lokasi yang mungkin bisa jadi tujuan selanjutnya. Seperti mengunjungi museum-museum di Jakarta yang jumlahnya sekitar 64 tempat. Seperti di area Kota Tua Jakarta, kita bisa berkunjung sekalian ke beberapa museum yang berlokasi di sana.

Walau tidak semua area di Taman Margasatwa Ragunan ini bisa kami kunjungi, namun acara ini sangat berkesan. Selain refreshing kami juga bisa kenal lebih dekat satu sama lain. Jarang-jarang terjadi, diskusi tanpa kopi, kan? Dan benar-benar terjadi di pertemuan ini., hihihi.

Keakraban semacam ini di antara sesama kompasianer harus terus berlanjut. Saya menyebut ini sebagai momen berkumpul dengan orang-orang positif, melakukan hal positif yang pada akhirnya akan memunculkan ide-ide positif juga.

Mengingat matahari yang makin tinggi, udara pun mulai panas, kami pun mengakhiri acara tur kali ini.

Semoga segera diadakan kembali acara-acara serupa yang bisa menambah wawasan serta pengalaman. Terima kasih banyak untuk KOTeKA dan Kopaja71 atas walking tour-nya.

Salam sayang,

Ajeng Leodita

Sabtu, 11 November 2023

Ajak Anak Membuka Perpustakaan Mini di Rumah




Sumber  gambar: www.jualrumahjakarta.com


Di era  tahun 1999-2000 cukup booming perpustakaan mini yang dibangun secara mandiri oleh orang-orang yang peduli pada kelestarian budaya membaca. Perpustakaan mini ini tidak hanya untuk saya pribadi, melainkan saya membukanya untuk umum. 

Saat itu saya baru duduk di bangku kelas 5 SD. Hobi membaca dan mengumpulkan buku membuat saya tertarik untuk membuka perpustakaan mini di rumah. Selain buku ada pula koleksi majalah bobo dan tabloid fantasi yang kala itu marak di kalangan anak-anak sekolah.

Mekanisme penyewaan buku di perpustakaan sekolah saya aplikasikan di perpustakaan mini yang ada di rumah. Mereka yang mau menyewa harus membuat kartu anggota yang bisa didapatkan secara cuma-cuma alias gratis. Kartu anggotanya juga dibuat cukup sederhana, hanya bermodalkan kertas karton yang dipotong segi empat seukuran KTP kemudian di-laminating.

Untuk anggota yang membaca di tempat, saya tidak pungut biaya, tapi jika bukunya dibawa pulang maka harus membayar 2000 rupiah. Dengan perincian 1000 uang sewa dan 1000 untuk deposit. Jika bukunya sudah dikembalikan maka uang deposit akan saya kembalikan juga. Jika menyewa lebih dari sehari, dikenakan biaya 500 per harinya.

Peminatnya kala itu terbilang lumayan. Ada yang tetangga sekitar rumah, ada pula teman-teman sekolah. Biasanya mereka justru lebih tertarik membaca komik dan majalah. Mungkin karena gambar-gambar ilustrasi membuatnya lebih eye catching. Ide ini akhirnya diikuti beberapa teman lain. Kemudian bermunculan 3-4 perpustakaan mini lain dengan koleksi buku yang lebih beragam.

Mulai duduk di bangku SLTP saya mulai tidak ada waktu untuk mengelola perpustakaan mini. Hal itu dikarenakan saya kebagian kelas yang masuk siang dari kelas 1-3. 

Belum lagi tiap pagi dan weekend ada ekskul yang saya ikuti, sehingga tidak memungkinkan membagi waktu lagi dengan aktivitas lain. Ditambah menjamurnya warnet-warnet yang tentunya lebih menarik anak-anak usia remaja. Walaupun saat itu internet belum terlalu digunakan untuk mengerjakan tugas sekolah, tapi cukup banyak anak yang  cenderung melarikan minat dari buku ke internet. 

Hal itu dikarenakan internet menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar bacaan. Jujur, memang untuk sebagian orang, aktivitas membaca buku fisik cukup membosankan.

Melihat dari polanya, perpustakaan mini merupakan salah satu bentuk usaha sosialisasi literasi baca tulis yang dianggap sebagai nenek moyangnya literasi. Di perpustakaan, anak-anak bisa membaca apapun yang mereka suka. Semakin banyak koleksi buku yang tersedia, maka ketertarikan mereka mendatangi perpustakaan akan semakin besar. 

Selain itu, membaca secara bersama-sama bisa menimbulkan euforia yang berbeda dari pada membaca sendirian di rumah. Ingat, anak-anak berbeda dengan kita yang sudah dewasa. 

Jika kita senang membaca buku dalam situasi yang hening, mereka belum tentu bisa menikmati suasana yang sama. Pada hakikatnya anak-anak itu masih gemar bermain.

Waktu bergerak begitu cepat, melihat anak yang sudah sekolah, entah mengapa minat membuka perpustakaan mini itu muncul lagi. Perpustakaan yang nantinya dikelola oleh anak saya sendiri. Saya bagian mengawasi saja, hehehe. Ditambah lagi dengan masih adanya anak-anak yang duduk di bangku SD kelas 1 dan 2 yang belum bisa membaca. Juga koleksi buku di perpustakaan sekolah yang bisa dikatakan sangat sedikit. 

Sayangnya koleksi buku saya jaman itu banyak yang hilang, karena sempat pindah rumah. Ada yang ngga terbawa ada juga yang memang hilang entah di mana. 

Untuk teman-teman ada nggak yang sepemikiran dengan saya untuk membuka sebuah perpustakaan mini untuk anak kita yang kemudian bisa dimanfaatkan oleh banyak orang?

Belajar dari pengalaman saat SD dulu, beberapa hal yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk membuka sebuah perpustakaan mini antara lain:



Menyiapkan tempat yang nyaman

Sesuai judulnya, perpustakaan mini, diartikan sebagai sebuah perpustakaan yang cukup terbatas, baik dari segi koleksi buku maupun lokasinya. Walau begitu tetap kita harus bisa menyiapkan tempat yang nyaman untuk pengunjung. Walau tidak harus selalu besar tapi tatanan yang rapi dan kondisi yang bersih adalah aspek pendukung terciptanya rasa nyaman itu sendiri. 

Kalau dulu saya menggunakan teras rumah yang digelar karpet atau tikar. Juga ada tambahan kipas angin agar mereka nggak kegerahan mampir di siang hari.



Rak buku

Waktu itu saya menggunakan rak seadanya, karena tidak mau merepotkan orang tua. Rak-rak berbahan rotan saya manfaatkan untuk meletakkan buku-buku yang ditata sesuai tema. Kalau nggak punya, bisa juga memanfaatkan kreatifitas dengan membuat rak dari kardus bekas yang disusun. Bisa belajar dari youtube, sudah banyak yang membagikan ide-ide kreatifnya. Ajak anak dalam proses ini, sehingga dia tahu untuk memulai sebuah usaha ada sebuah kerja keras di belakangnya.



Perbanyak koleksi buku

Dulu saya memang senang membeli buku, majalah anak dan tabloid remaja. Karena saya membidik teman-teman dari tingkat SD sampai dengan SLTP. Sehingga untuk koleksi bisa dikatakan jumlahnya lumayan. Namun ada juga cara lain yang bisa digunakan untuk menambah koleksi buku tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. 

Misalnya membuat program hibah buku, dalam hal ini kita yang menerima hibah buku dari berbagai pihak, sampaikan ide perpustakaan mini Anda menyasar ke usia berapa. 

Bisa juga mencari informasi toko buku yang membuat sale besar-besaran, atau bisa coba menghubungi toko buku yang berencana menutup usahanya. 

Ajak anak memilih buku yang nantinya dipakai untuk menambah koleksi buku di perpustakaan mini mereka sehingga kita sebagai orang tua pun paham, di usia seperti mereka yang masuk dalam gen Z ini, buku seperti apa yang menarik perhatiannya.



Memasang banner lebih awal

Ada orang yang salah kaprah dalam memulai sebuah usaha, yakni memasang banner saat semuanya sudah ready beroperasi. Walau perpustakaan mini ini bukan sebuah bentuk usaha komersil, namun tetap di sini kita berencana memasarkan koleksi buku yang kita punya agar bisa dibaca banyak orang.

Saya melihat dari beberapa bisnis besar, banner itu justru dipasang jauh hari sebelum soft opening. Alasannya supaya orang melihat dulu, supaya membayangkan jika di lokasi ini akan dibangun sebuah perpustakaan mini, dan biar ceritanya sampai dulu dari mulut ke mulut.



Bekerjasama dengan perangkat daerah

Di tiap lingkungan pasti ada RT, RW, pengurus PKK dan karang taruna. Minta bantuan untuk ikut memasarkan perpustakaan mini ini. Bisa juga ajak mereka ikut berkontribusi secara langsung dalam mengelolanya. 

Perpustakaan mini erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan, hal ini juga merupakan salah satu dari 10 Program Pokok PKK yakni, pendidikan dan keterampilan.



Bekerjasama dengan guru atau sekolah yang dekat dengan rumah

Tidak bisa dipungkiri dan dari pengalaman pribadi, masih banyak SD Negeri yang tidak terlalu aware dengan koleksi buku di perpustakaannya. Biasanya yang ada kebanyanyakan adalah buku-buku berbasis kurikulum. Dengan keterbatasan itu, coba untuk tawarkan pada guru-guru di sekolah terdekat yang sekiranya bisa ikut mempromosikan perpustakaan mini kita.



Buat konsep seru

Membaca buku untuk sebagian orang adalah hal yang menjemukan alias membosankan. Coba ciptakan konsep yang membedakan perpustakaan mini kita dengan yang lain. Mungkin dengan tambahan sesi dongeng seminggu sekali (nah ini bisa kayaknya melibatkan ibu-ibu PKK atau remaja karang taruna).  Membuat kuis berhadiah juga menarik perhatian anak-anak, lho

Atau membuat lomba menulis dan membaca puisi, ini salah satu bentuk implementasi dari usaha sosialisasi literasi baca tulis. Kalau saya dulu memang belum sampai begini, paling hanya menyediakan minuman dingin dan cemilan supaya teman-teman yang datang betah membaca banyak buku. Karena jujur, orang tua saat itu hanya memberikan sarana dan prasarana, bukan ide-ide yang menunjang perkembangan perpustakaan mini saya. 


Demikian tahap-tahap pembuatan perpustakaan mini berdasarkan pengalaman saya waktu kecil. Sayangnya, tidak bisa menampilkan dokumentasinya, karena saat itu saya masih SD dan belum dibekali gawai oleh orang tua, hiksss..



Semoga bermanfaat, ya.

Salam sayang,

Ajeng Leodita


Lulusan Sekolah Perhotelan Mau Langsung Dipanggil Kerja di Tempat Magang?






Pernah menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Indutri Pariwisata (SMIP) membuat saya harus melakukan On the Job Training (OJT) atau magang. 

OJT di level SMIP selain sebagai syarat kelulusan juga persiapan agar selepas lulus bisa langsung bekerja pada bidang yang sesuai dengan pendidikan yang ditempuh.

Mayoritas sekolah pariwisata akan bekerja sama dengan beberapa industri jasa seperti travel agent, hotel dan restoran untuk penempatan siswa yang akan melakukan training. Tapi jika ada siswa yang punya pilihan sendiri atau mau mencoba di tempat lain biasanya dipersilakan yang tentunya tahapannya pun berbeda. Sesuai dengan jurusan yang saya ambil, yakni hospitality dengan konsentrasi F&B service, lokasi OJT yang saya tuju yakni hotel.

Mendapat kesempatan memilih saya pun mencoba di salah satu hotel bintang 4 yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Kenapa harus hotel berbintang? 

Jawabannya sangat sederhana, yakni, umumnya semakin tinggi poin hotel mendapatkan bintang maka kualitas dan pelayanannya pun berarti makin bagus pastinya SDM yang dipekerjakan di sana pun adalah mereka yang qualified di bidangnya, dan bisa dipastikan ilmu seputar hospitality makin banyak yang bisa didapat.

Berdasarkan definisi dari OJT atau magang itu sendiri adalah sebuah metode langsung untuk menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi penting yang dibutuhkan karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu di tempat kerja, sehingga tahapan yang dilakukan mirip orang yang akan melamar pekerjaan.

ika.stpsatyawidya.ac.id

Sebuah bisnis yang menerima anak magang tidak akan menerima calon anak magang begitu saja. Mereka pun punya kualifikasi standar untuk anak magang yang akan dipekerjakan di sana. Apalagi dalam industri jasa di mana yang dijual adalah jasa demi mendapatkan kepuasan pelanggan.

Tahap pertama yang saya jalankan yaitu melakukan interview. Pertanyaan yang dilontarkan interviewer jelas seputar F&B service atau pelayanan makan dan minum. Salah satunya adalah Sequence of Service

Sequence of Service merupakan tata urutan dalam melayani tamu, dari tamu datang hingga tamu meninggalkan restoran.

Mulai dari Greet the guests (menyambut tamu), Offer a beverage (menawakan minuman), Serve beverages and offer an appetizer (menyuguhkan minuman dan menawarkan makanan pembuka), Take food order (mengambil pesanan tamu), Serve food (menyuguhkan makanan yang dipesan tamu), Two-five minute check back (Dalam beberapa menit kembali memeriksa bila mungkin ada pesanan atau alat makan yang kurang atau ada permintaan tambahan dari tamu), Clear up (membersihkan meja dari bekas alat makan yang sudah selesai dipakai), Suggest desserts and after dinner drinks (menawarkan makanan atau minuman penutup), Present the bill (menyerahkan tagihan), dan yang terakhir adalah Collect payment and thank the guests (menerima pembayaran dan ucapkan terima kasih pada tamu).

Apakah pertanyaannya sekadar itu saja? Tidak. Dalam industri perhotelan, SDM yang dipekerjakan dituntut untuk memiliki inisiatif yang tinggi. 

Saat itu, HRD memberikan beberapa contoh kasus yang mungkin terjadi sepanjang periode saya menjalankan OJT, seperti: bagaimana jika menu yang disuguhkan tidak sesuai dengan pesanan tamu? Bagaimana jika tidak sengaja menumpahkan makanan atau minuman di meja tamu? Bagaimana jika tamu akhirnya terpaksa menunggu pesanannya lebih lama? 

Perlu diingat, walaupun industri hospitality ini mengedepankan kepuasan pelanggan, tetap dalam memecahkan sebuah masalah harus melalui pemikiran yang bijak. Kenapa? Karena terkadang tidak semua kesalahan yang muncul adalah dari industrinya. Itulah kenapa di industri perhotelan juga kami diajarkan mengenal tipe-tipe tamu yang akan kami hadapi.



Mulai terjun lapangan

Dulu saya berpikir, setelah lulus sekolah harus bisa langsung bekerja, karena saya punya mimpi bisa melanjutkan jenjang kuliah dengan biaya sendiri. 

Kebetulan di tempat saya magang (infonya saat itu) ex-trainee bisa dapat kesempatan untuk di-hire menjadi karyawan setelah lulus sekolah, dengan beberapa syarat pastinya. Akhirnya, saya menerapkan standar pencapaian untuk diri sendiri demi bisa bekerja di sana.



Mematuhi aturan yang berlaku

Tiap tempat sudah pasti ada aturan yang mengikat. Biasanya aturan-aturan tersebut dibuat secara tertulis. Baca poin per poin dengan seksama. 

Untuk di industri hotel, sebagai SDM kami wajib memperhatikan kedisiplinan waktu, kerapian dan kebersihan diri yang menjadi kunci utama. Contoh, tidak terlambat masuk kerja, memperhatikan kebersihan dan kerapian diri mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, juga kebersihan dan kerapian pakaian. Selanjutnya beberapa peraturan lain sesuai kebijakan masing-masing hotel.



Menjaga hubungan baik dengan semua personil hotel

Ini bukan tentang senioritas, ya. Melainkan bentuk rasa respect pada mereka yang mau membagikan ilmunya dengan cuma-cuma. 

Sejauh pemahaman saya, para  di tempat magang tidak mendapatkan tambahan gaji, sehinga benar-benar mereka murni membagikan ilmunya tanpa imbalan apa-apa. 

Di Indonesia, kebiasaan senyum, mengucapkan kata tolong, maaf dan terima kasih merupakan budaya yang dikenal di mancanegara. Maka sebelum mengimplementasikan itu pada tamu hotel, mulailah dengan personil hotel yang kita kenal. 



Belajar dengan sungguh-sungguh

Mengajarkan seorang trainee di F&B service biasanya dilakukan para trainer yang terdiri dari supervisor, kapten restoran atau waiter dan waitress di hotel. Mereka pada umumnya memberikan training di sela-sela aktivitas melayani tamu. 

Hal itu juga merupakan proses belajar sekaligus praktek langsung untuk para trainee. Oleh karena itu, maksimalkan diri untuk menerima semua ilmu dalam waktu yang sempit itu. 

Siapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal penting yang baru kita ketahui. Semakin cepat kita memahami satu ilmu, maka besar kesempatan untuk memperoleh ilmu yang lain.

Menunjukkan hasil dari tiap ilmu yang didapatkan yakni dengan action. Langsung aplikasikan ilmu yang didapat pada pekerjaan sehari-hari.



Jangan malu bertanya

Jangan biasakan bekerja dengan ragu-ragu. Jika ada yang belum dipahami biasakan bertanya. Hal itu akan membantu kita juga untuk mantap dalam bersikap. Walaupun di bidang ini diharapkan adanya inisiatif, tempatkan itu sesuai porsi. Kadang, orang suka memiliki inisiatif yang kebablasan. Hindari itu dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya.



Meminimalisir kesalahan

Sebagai trainee kelihatannya wajar jika kita melakukan kesalahan. Tapi jika terjadi terus bagaimana mereka memiliki minat untuk bekerjasama dengan kita dalam jangka waktu yang panjang? Bekerja dengan cepat, tepat, dan hati-hati adalah kunci.



Tidak sering membuat sanggahan

Standar pelayanan hotel memang diajarkan di sekolah, namun saat sudah terjun ke lapangan hal itu tidak bisa dilakukan secara text book. Jika melihat ada perbedaan di beberapa sisi, butuh sebuah pemakluman. 

Kita akan menerima banyak improvisasi sesuai kebiasaan yang dilakukan masing-masing hotel. Terima itu sebagai masukan, walaupun memang tidak semua staff F&B service adalah lulusan sekolah perhotelan, tapi sebelum mulai bekerja mereka sudah dibekali ilmu sesuai standar.



Tidak sering menolak jadwal

Di hotel diberlakukan sistem shifting. Sebagai orang yang sedang menempuh syarat kelulusan, baiknya kita menahan diri untuk me-reschedule jadwal yang telah ditentukan trainer. Pastinya dalam membuat schedule, mereka tidak asal-asalan.



Tidak usah ikut-ikutan issue

Di tempat kerja manapun yang Namanya gossip selalu ada. Hotel merupakan tempat paling memungkinkan untuk membuat gossip lalu menyebarluaskannya. Ini bukan tentang tamu hotelnya, melainkan gossip sesama staff. 

Ada istilah yang berlaku di hotel tempat saya training ini, "jangankan manusia, dinding hotel aja bisa bicara". 

Sebagai trainee, walaupun hal itu asik sebagai hiburan tapi tolong jauhkan diri. Lakukan apa yang jadi tujuan utama kita berada di sana. Selesaikan training dengan membawa nilai baik saat kembali ke sekolah.



Jangan harapkan uang tip

Uang adalah perkara yang sangat sensitif di mana-mana dan industri ini salah satunya. Uang tip biasanya dibagi 2 macam, tip dari tamu reguler dan tip dari tamu biasa. Tamu reguler biasanya sudah punya langganan waiter yang melayaninya. Hal ini tentunya tidak dapat diganggu gugat. Uang tip yang diberikan biasanya langsung masuk kantong waiter langganannya. 

Tip dari tamu biasa, umumnya dikumpulkan jadi satu dan biasanya dibagikan satu minggu sekali secara merata. Nah, ini kebijakan masing-masing, ya. Ada yang mau berbagi dengan anak magang, ada pula yang tidak.



Tutup masa training dengan kesan yang baik

Biasanya ada perayaan yang dibuat para trainer untuk adik-adik trainee-nya. Bisa berupa makan bersama atau hal-hal lain sebagai pengingat juga bentuk terima kasih mereka pada kita karena walau bagaimana pun, kita sudah membantu meringankan pekerjaan mereka. 

Saat itu saya maksimalkan momen itu. Saya minta dukungan pada mereka jika nanti setelah lulus bisa direkomendasikan untuk lanjut bekerja di hotel ini.  Yang saya selalu lakukan adalah tetap jaga hubungan baik walaupun sudah selesai masa training.


Setelah menerapkan tahapan-tahapan di atas, alhamdulillah saya bisa bekerja di sana sambil kuliah. Ya, walaupun tidak lama karena ternyata tidak bisa membagi waktu, minimal saya puas karena tidak semua trainee bisa dipanggil untuk langsung bekerja tanpa melalui tahapan melamar lebih dulu.

Semoga bermanfaat.

Salam sayang,

Ajeng Leodita