Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Kamis, 28 Desember 2023

Merasakan Air Sumur 3 Rasa di Masjid Al-Alam Marunda






Assalamu'alaikum, 

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Hal itu dibuktikan dengan keberadaan masjid-masjid di berbagai wilayah yang sudah dibangun ratusan tahun lamanya.

Walau bentuk masjid jaman dulu yang terkesan sederhana, namun ada nilai keunggulannya yakni pada sejarah yang melatarbelakanginya.

Kali ini, saya dapat kesempatan untuk menjejakkan kaki di salah satu masjid tertua di Jakarta yakni, Masjid Al-Alam Marunda.

Masjid ini berlokasi di Jalan Marunda RT.09 / RW.01, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan cukup dekat dengan Rumah Si Pitung.

Bentuk bangunan Al-Alam terdiri 4 unsur kebudayan, yaitu Betawi, Cina, Jawa dan Eropa.

Koleksi pribadi

Koleksi pribadi

Koleksi pribadiAtap bermodel joglo mewakili kebudayaan Jawa, sementara dalam ungkapan Betawi model ini disebut sebagai sisir pisang dan dalam budaya Cina disebut lengkung naga. Sementara unsur budaya Eropa nampak pada tiang-tiang pilar penyangganya yang kokoh.

Sementara untuk ornamen jendela dan pintu mengandung unsur budaya Betawi. Oleh karena itu pula masjid ini disebut dengan masjid 4 budaya.

Masjid Al-Alam dikatakan merupakan salah satu tempat bersembunyi sosok Jawara Betawi Si Pitung dari kejaran para tentara Belanda kala itu. Sehubunggan dengan sejarah tersebut maka bangunan ini juga masuk menjadi bagian dari Cagar Budaya Museum Kebahaharian Jakarta.

Sejarah Masjid Al-Alam

Masuk ke area masjid, kami disambut sebuah gapura bertuliskan huruf Arab yang melafalkan dua kalimat syahadat dan huruf latin bertuliskan Masjid Al-Alam Marunda.

Bangunan inti masjid tidak terlalu besar, hanya berukuran sekitar 12x12 meter persegi dengan daya tampung untuk 150 orang jamaah. Seiring tahun, ditambahkan sebuah bangunan sebagai tempat khusus sholat wanita yang berukuran lebih kecil.

Sama halnya dengan keberadaan sosok Si Pitung, tak ada yang benar-benar bisa memastikan kapan masjid ini dibangun.

Sore lalu kami bertemu dengan Bapak Kusnadi sebagai pengurus Masjid Al-Alam, beliau menjelaskan sejarah pembangunan masjid ini berdasarkan kisah-kisah para orang tua yang hidup di tanah Marunda.

Koleksi pribadi // Pak Kusnadi Pengurus Masjid Al AlamMenurutnya, ada dua versi pembangunan masjid ini. 

Versi pertama, masjid ini dibangun oleh pasukan Mataram yang datang ke Marunda. Pasukan tersebut dipimpin oleh Sultan Agung.

Awalnya bangunan ini diperuntukkan untuk tempat persinggahan pasukan Mataram. Marunda sendiri singkatan dari Markas Penundaan. Karena tempat ini merupakan markas yang dipakai untuk mengatur taktik perang dan tempat peristirahatan para pasukan.

Namun kemudian dialihfungsikan menjadi masjid yang kemudian diberi nama Al-Auliya atau Wali. Hal ini dikarenakan masjid ini dibangun oleh pasukan mataram pimpinan Sultan Agung yang dianggap sebagai wali oleh para ulama karena kontribusinya dalam penyebaran agama Islam. Setelah bangunan ini disahkan oleh gubernur Ali Sadikin pada tahun 1972, namanya kemudian diubah menjadi Al-Alam.

Versi kedua, Masjid ini dibangun oleh pasukan Fatahillah pada abad ke-16.

Proses pembangunannya pun dikatakan ghaib, karena hanya memakan waktu satu hari saja.

Makam-makam di Masjid Al-Alam

Koleksi pribadi // Petilasan Habib Abdul Halim bin Hayyi Yahya

Koleksi pribadi

Ada dua ulama yang terlibat dalam Pembangunan masjid ini, yakni Syeikh Nurul Ahmad Nur Muhammad dan Habib Abdul Halim bin Hayyi Yahya. Untuk mengenang sosok ulama Habib Abdul Halim bin Hayyi Yahya tersebut dibangunlah sebuah bangunan tambahan berbentuk makam. Namun, itu bukan merupakan makam asli sang habib, melainkan hanya sebagai petilasan. Sementara makam asli Habib Abdul Halim terletak di Baqi, Madinnah.

Petilasan adalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa (kata dasar "telas" atau bekas) yang menunjuk pada suatu tempat yang pernah disinggahi atau didiami oleh seseorang yang penting. (sumber : Wikipedia)

Selain itu terdapat pemakaman warga di belakang masjid yang berdampingan dengan petilasan. Saat saya menjelajah pelataran makam saya menghirup aroma bunga yang sangat wangi.

Adapula makam lain di bagian belakang masjid yakni makam KH. Jami'in Bin Abdullah. Makam tersebut dianggap sebagai makam keramat.

Hal ini bermula saat kejadian meletusnya gunung Krakatau pada Agustus 1883 di Hindia Belanda. Hal itu memicu munculnya Tsunami di area Marunda. Saat itu KH. Jami'in Bin Abdullah mengajak seluruh umat Islam di Marunda untuk melakukan doa bersama, dan wallahu'alam doa-doa tersebut dikabulkan dan masyarakat Marunda terselamatkan.

Sumur 3 rasa

Koleksi pribadi // sumur 3 rasaHal yang menjadi unik dalam masjid Al Alam ini adalah adanya sebuah sumur 3 rasa. Di mana air yang berasal dari sumur tersebut memiliki rasa asin, manis dan tawar.

Namun dari beberapa sumber menyatakan bahwa itu hanya sugesti dari sejumlah orang. Air dalam sumur tersebut sama halnya seperti sumur-sumur yang lain.

Menurut Pak Kusnadi, rasa air sumur dipengaruhi perasaan masing-masing orang. Jika yang mencicipi airnya dalam keadaan hati yang tidak tenang, maka rasa air pun menjadi kurang enak, namun jika perasaan hati sedang baik-baik saja maka rasa airnya menjadi tawar/enak.

Saya pribadi sempat merasakan rasa air dalam sumur tersebut, dan rasanya memang sedikit asin. Apakah hati saya sedang tidak enak?


Wallahu'alam.


Memang, sudah sejak lama, wilayah Marunda mengalami krisis air bersih. Hal ini disebabkan oleh  Intrusi air laut yaitu proses menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang terkandung di dalamnya.

Pemerintah setempat memang melarang warga untuk mengambil air tanah, satu-satunya jalan mereka harus melalui Perusahaan Air Minum (PAM).

Menyiasati itu, warga memilih menimba air dari sumur Masjid Al-Alam ini sebagai satu-satunya sumber air yang masih bisa dikatakan layak konsumsi.

Selain sebagai destinasi wisata di Marunda, saat ini Masjid Al-Alam masih terus aktif mengadakan kegiatan keagamaan untuk warga sekitar seperti pengajian dan acara-acara tahunan.

1 komentar:

  1. Aku JD pengen cobain airnya 😄.

    Menarik kalo suatu bangunan ada versi2 sendiri ttg pembangunan awalnya. Wallahu alam yg benar yg mana, tapi legenda begini jadi membuat masyarakat dan turis tertarik kan. 👍.

    Sayangnya agak jauh, butuh bujukin suami supaya mau kesini 😅

    BalasHapus