Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Selasa, 21 November 2023

Momen Kompasianer Diskusi Tanpa Kopi di Taman Margasatwa Ragunan


 



Ternyata tidak semua angka 13 adalah hal buruk. Nyatanya, di KOTeKAtrip 13 ini saya dapat kesempatan jadi salah satu kompasianer yang beruntung untuk jadi peserta. Sedapppp.

KOTeKAtrip 13 adalah sebuah event jalan-jalan dari Komunitas Traveler Kompasiana (KOTeKA) yang digawangi oleh Mbak Gaganawati Stegmann. Tujuan kali ini ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR), akhirnya saya nggak pusing lagi cari tujuan liburan pekan ini untuk anak-anak di rumah.

Sesuai dengan tajuk "Ke Ragunan Bareng Kopaja71, yuk!" KOTeKA bekerja sama dengan komunitas Kopaja71 yang digawangi oleh Bang Edward Horas.

Sepuluh orang kompasianer yang ikut tur ke Taman Margasatwa Ragunan (TMR) ini, yakni: Ibu Palupi Mustajab (Koordinator Offline KOTeKA), Horas/Edward (Ketua Kopaja71/PO), Merza Gamal (Kopaja71) OmJay / Wijaya Kusumah (Kopaja71), Sutiono Gunadi -- (KOTeKA), Ajeng Leodita (KOTeKA /Pulpen), Inayat (Kopaja71), Nur Taufik (Kopaja71), Emma Malika (KOTeKA), dan Fenni Bungsu (Komunitas Film Kompasiana).


Koleksi Pribadi

Minggu, 19 November 2023. Sampai di TMR, kami langsung masuk ke area parkir kendaraan roda dua. Sebagai informasi, pihak parkir akan menanyakan apakah kita punya kartu debit atau kartu transportasi umum keluaran Bank DKI . 

Jika belum punya, maka kita akan diminta untuk membeli kartu tersebut seharga Rp45.000,- Harga tersebut sudah termasuk tarif parkir kendaraan roda dua Rp3.000/hari dan tarif masuk untuk dewasa Rp4.000/orang dan anak-anak Rp3.000/orang. 

Sebelum tur dimulai, semua peserta berkumpul di bawah pohon rindang dekat dengan pintu masuk utara. Walau peserta yang terpilih bisa dikatakan belum terlalu banyak, namun suasananya terasa lebih hangat. Kami punya banyak waktu untuk berbincang juga berbagi ilmu di dunia kepenulisan dengan akrab.

Tak hanya itu, tips menulis dari para kompasianer langganan Artikel Utama juga masuk dalam catatan saya. Do and Don'ts di Kompasiana juga dapat bocorannya, hahahha. Tak nampak ada kesenjangan antara kompasianer lama dan baru di sini, semua berbaur dalam obrolan yang seru.

Koleksi pribadi

Sambil ngobrol, kami dapat juga cerita dari Bu Palupi yang pernah mengunjungi kebun binatang di Afrika, katanya jika membandingkannya dengan TMR ini, kondisinya sangat jauh berbeda. Di Afrika kondisinya kelihatan kering dan gersang. Wajar saja, 

Taman Margasatwa Ragunan memiliki luas 147 hektar, taman ini merupakan "rumah" bagi 2.000 spesimen dan 50.000 pohon. Sehingga membuat suasananya tetap sejuk walaupun udara sedang terik-teriknya.

Taman ini mulanya berlokasi di jalan Cikini Raya. Berlokasi di atas tanah seluas 10 hektar pemberian Raden Saleh. Kemudian dipindah ke area Ragunan pada 1974 di bawah kepemimpinan Direktur pertama, Mr. Benjamin Galstaun. Sejak diresmikan, Ragunan sudah dipimpin oleh 11 Direktur.

Kembali diingatkan dengan waktu yang terus berjalan, kami pun bergegas untuk memulai rangkaian tur hari ini. Tujuan pertama adalah koleksi burung, kami berkesempatan untuk foto burung Puter Irak, Dederuk Jawa, Walik Mutiara, Delimukan Zamrud dan lain sebagainya.

Koleksi Pribadi

Tujuan selanjutnya adalah melihat Orang Utan. Kalau kata Om Sutiono, "Kita sudah ditunggu Saudara Tua." Dari informasi salah seorang petugas yang terlihat sedang membersihkan daun-daun kering di sekitar kandang, Orang Utan ini punya nama Ratna. Usianya 18 tahun dan sudah melahirkan sebanyak 2 kali.

Ratna Si Orang Utan/Koleksi Pribadi

Jangan kaget melihat kondisi Taman Margasatwa Ragunan yang kini bersih. Selain kepedulian pada kebersihan, juga bisa jadi karena pengunjung disadarkan dengan sejumlah banner imbauan yang bertuliskan "Membuang sampah sembarangan, denda 500k."

Kan jadi nggak lucu kalau masuknya cuma Rp4.000, keluarnya malah bayar Rp500.000, ya nggak? Makanya, jaga kebersihan selama berwisata di sini ya, eh, di semua tempat, deh.

Koleksi Pribadi

Di sepanjang jalan, jangan khawatir merasa haus dan lapar, banyak penjaja minuman dingin dan makanan ringan yang bertebaran.

Setelah berjalan kurang lebih 1 km, kami pun sampai di kandang kuda nil kerdil. Ada 2 ekor kuda nil yang kami lewati. Sayangnya kami tak bisa melihat dengan jelas, karena posisi kuda nil berseberangan dengan titik perhentian kami. Tapi cukuplah melihat mereka berendam dari kejauhan.

Kandang Kudanil/Koleksi Pribadi

Lokasi satwa yang terakhir kami kunjungi yakni cluster koleksi burung-burung bersayap indah seperti merak dan kasuari. Beberapa kali mata saya menangkap mereka mengibaskan sayap dan ekornya yang luar biasa menawan. 

Ya, ternyata memang seindah itu jika dilihat secara langsung. Juga Ketika mendengar suara mereka yang saling bersahutan membuat kami benar-benar seperti berada dalam hutan.

Merak Biru (Blue Peacock)/Koleksi Pribadi

Sesuai arahan Bu Palupi, kami diajak menuju tempat istirahat yang lokasinya cukup dekat dengan cluster burung-burung indah tadi. Berderet gerai makan minum yang hampir semuanya menawarkan menu yang sama. Pecel ayam, pecel lele, karedok, sop iga, bakso, sampai mie instan. Juga tersedia kopi, teh, jus dan minuman dingin yang lain.

Sambil kami memilih makanan, obrolan pun kami lanjutkan. Bu Palupi menyampaikan tur semacam ini dilanjutkan dengan tur-tur lain yang juga melibatkan kompasianer. Beliau juga berharap yang bisa bergabung semakin banyak.

Semua antusias dengan ide itu, dan menawarkan sejumlah lokasi yang mungkin bisa jadi tujuan selanjutnya. Seperti mengunjungi museum-museum di Jakarta yang jumlahnya sekitar 64 tempat. Seperti di area Kota Tua Jakarta, kita bisa berkunjung sekalian ke beberapa museum yang berlokasi di sana.

Walau tidak semua area di Taman Margasatwa Ragunan ini bisa kami kunjungi, namun acara ini sangat berkesan. Selain refreshing kami juga bisa kenal lebih dekat satu sama lain. Jarang-jarang terjadi, diskusi tanpa kopi, kan? Dan benar-benar terjadi di pertemuan ini., hihihi.

Keakraban semacam ini di antara sesama kompasianer harus terus berlanjut. Saya menyebut ini sebagai momen berkumpul dengan orang-orang positif, melakukan hal positif yang pada akhirnya akan memunculkan ide-ide positif juga.

Mengingat matahari yang makin tinggi, udara pun mulai panas, kami pun mengakhiri acara tur kali ini.

Semoga segera diadakan kembali acara-acara serupa yang bisa menambah wawasan serta pengalaman. Terima kasih banyak untuk KOTeKA dan Kopaja71 atas walking tour-nya.

Salam sayang,

Ajeng Leodita

2 komentar:

  1. Duuuh aku udh belasan tahun di jakarta, tp blm pernah ke ragunan 😅. Pengen juga kesana, apalagi tiketnya murah amat yaaak 🤣🤣. Baru tahu loh mba.

    Aku mikirnya kayak taman safari yg mahal. Eh tapi dengan biaya serendah itu, kadang terpikir maintenance kebun binatangnya tercover kan yaaa 😂. Tapi ngeliat hewannya sehat berarti okelah yaa.

    Kereen nih acara Kompasiana. Bisa saling ketemu di trmpat2 wisata gini. Bagus juga kalo ntr sekalian ketemu di tempat lainnya 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. murah bgt, Mbak Fan. Buat yg biasa jalan kaki happy bgt ke sini pasti. Tapi aku ternyata ga sanggup muterin seluruhnya, kakikku njarem besoknya, sakit semua wkwkkwkwkwkw. Luas bgt2. Kalau bs ke sana itu dr pagi Mbak, jam 7an. Masih sepiii. Kalo udh rame aduh ruwetttt

      Hapus