Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Senin, 30 Oktober 2023

Workshop Himpunan Pramuwisata Indonesia "Membuat Live Streaming dan Video Reels" di Acaraki Jamu - Kota Tua Jakarta








Tahun 2020-2022, Pandemi Covid 19 melumpuhkan banyak sektor ekonomi, salah satunya industri pariwisata. Artinya, selama 2 tahun lebih merajai dunia, Covid telah sukses membuat banyak destinasi wisata sampai harus tutup baik sementara maupun permanen akibat tidak mampunya income menutup biaya operasional yang terus berjalan.


Selain pengelola tempat wisata yang merugi dan masyarakat yang tak bisa lagi berwisata, ada pula pihak lain yang mungkin terlupa dari pembahasan yang marak ini, pihak yang memang menaruh harapan pada industri ini. Tak lain dan tak bukan adalah pramuwisata atau pemandu wisata. Bagaimana mungkin tidak terdampak jika definisi dari pramuwisata sendiri saja adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang objek wisata serta membantu keperluan wisatawan lainnya. Lantas, apa yang mau dijelaskan dan ditunjukkan jika tempat wisatanya saja ditutup?


Padahal menjadi seorang pramuwisata tidak mudah, Bestie! Tak hanya sekadar memiliki kemampuan mengerti banyak bahasa atau lancar public speaking saja. Melainkan sebagai pramuwisata, mereka harus memahami sejarah dan segala hal-hal detil yang berhubungan dengan tepat wisata yang sedang dikunjungi.  Selain itu, ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, dan itu tidak bisa didapatkan secara instan. Ada sertifikat yang harus dimiliki.

Salah satu profesi yang keren di Indonesia (menurut saya) ya pramuwisata ini, karena pekerjaan mereka diatur oleh undang-undang.


Salah satunya sbb:


Pada Undang -- Undang Republik Indonesia tentang Kepariwisataan bab IV (pasal 9 : 1) butir c bahwa pramuwisata termasuk dalam jenis-jenis usaha jasa pariwisata. Hal ini menunjukan bahwa jasa pramuwisata dibutuhkan dalam kegiatan pariwisata. Peranan pramuwisata dalam pariwisata adalah sebagai ujung tombak yang dapat menentukan keberhasilan sebuah pelayanan perjalanan wisata.


Dalam proses menjadi seorang Pramuwisata profesional, seseorang harus melewati beberapa tahapan. Yakni, Pramuwisata Muda, Madya dan Pengatur Wisata atau Tour Guide. Masing-masing memiliki sertifikasinya sendiri yang mempengaruhi batas ruang lingkup pekerjaan mereka sebagai pramuwisata.

Sepanjang pandemi, masyarakat menjadi akrab dengan media sosial. Selain karena banyak yang akhirnya terpaksa harus bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH) demi meminimalisir kemungkinan penyebaran virus yang makin luas. Ada pula yang memang terkena PHK karena perusahaannya mengalami collapse.


Kian banyaknya pengguna media sosial dalam hal ini mereka yang juga memanfaatkan digital platform audio-visual seperti Youtube, Tiktok, dan Instagram, memunculkan ide dari generasi kreatif untuk mengambil kesempatan menjadi seorang content creator.


Content creator yang khusus berfokus pada digital platform audio-visual  adalah orang yang membuat konten baik berupa gambar ataupun video. Saat ini content creator sudah dilabeli sebagai profesi yang cukup layak untuk dipertimbangkan.


Banyak karyawan memilih resign dari tempat bekerja untuk fokus menjadi seorang content creator. Alasannya cukup sederhana, yakni: pola kerjanya suka-suka, tidak ada jam kerja yang mengikat, dan penghasilannya bisa lebih besar dari mereka yang berstatus karyawan.


Destinasi wisata menjadi salah satu sasaran empuk. Jika menemukan lokasi hidden gem alias belum banyak orang yang tahu, sang creator bak mendapat harta karun; Followers makin banyak, dihujani like, dan muaranya ke mana? Income, dong.


Munculnya konten-konten yang secara khusus menyuguhkan video-video destinasi wisata ini masuk dalam pengertian Digital Tourism. Hal dianggap cukup berhasil membangunkan sektor wisata dari mati suri akibat pandemi.


Tak bisa dipungkiri, jika masyarakat lebih mudah tertarik mendatangi lokasi wisata setelah melihat cuplikan gambar hidup yang seakan bisa membawa si penonton itu merasa benar-benar sudah berada di sana. Gambar yang dibuat sedemikian rupa setelah melalui proses editing sehingga video yang dibagikan nampak terlihat lebih ciamik, bahkan bisa jadi lebih bagus video-nya daripada aslinya, hehehe.


Jika dulu media sosial hanya digunakan sebagai tempat beriklan dengan mengandalkan foto, kemunculan content creator berbasis wisata ini membuat sebuah gebrakan dengan membuat konten-konten berupa video review saat mereka berkunjung ke lokasi tersebut. Bakan ada yang menyajikannya dalam bentuk live streaming, sehingga para pengikutnya bisa secara langsung berinteraksi tanya jawab di saat yang sama. Hal itu jelas memiliki nilai lebih dari pada sekadar foto.


Dari sisi keuntungan, masyarakat mendapatkan informasi cepat dari media digital sehingga tergerak untuk segera mengatur rencana liburan. Tempat wisata perlahan mulai kembali beroperasi normal. Penginapan di sekitar tempat wisata pun tak lepas dari sasaran pengunjung dan tempat-tempat kuliner juga ikut kecipratan rejeki. Hal tersebut tentunya berpengaruh pada pendapatan daerah yang juga meningkat dengan gejolak ini.


Melihat perkembangan ini,dan sebagai bentuk dukungan pada pemerintah untuk sosialisasi Digital Tourism, DPD HPI Jakarta yang saat ini diketuai oleh Mas Indra Dwiangkara, mengadakan workshop untuk para anggotanya pada, Selasa, 24 Oktober 2023 kemarin. Acara tersebut dilaksanakan di Acaraki Jamu, Kota Tua, Jakarta Pusat. Kurang lebih 20 anggota HPI hadir, namun beberapa tidak bisa ikut dikarenakan sedang on duty, walau begitu acara tetap berlangsung seru.




Acara dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yakni, cara belajar melakukan live streaming Instagram. Sesi 2 yakni, cara membuat video konten untuk reels Instagram. Dua pemateri yang membagikan ilmunya adalah mas Irfan dan Mbak Dwinda, keduanya merupakan anggota HPI juga.




Semua anggota yang terlibat dalam workshop diminta melakukan live streaming yang menceritakan bahwa mereka sedang berada di cafe Acaraki, mulai dari menunjukkan view hingga bahan dan cara pembuatan jamu yang menjadi icon Acaraki.




Melihat antusiasme dari para anggota HPI yang hadir, membuat Mbak Ira Lathief sebagai salah satu pengurus, berharap agar para pramuwisata se-Indonesia yang berada dalam naungan HPI semakin kreatif dan bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di industri pariwisata saat ini. Karena ini akan cukup berpengaruh pada eksistensi profesi mereka yang makin hari makin banyak peminatnya. Ditambah lagi dengan upaya yang sudah mereka lakukan sampai di titik ini. Bahkan di acara kemarin, salah seorang anggota HPI berusia sekitar 70 tahun bernama Ibu Julianti dengan penuh semangat datang untuk belajar bersama anggota lain yang lebih muda. Jelas beliau begitu menikmati acara ini. Beliau pun membagikan cerita perjalanannya menjadi tour guide hingga seusia ini.




Sedikit banyak mungkin seperti quotes manis ini,


"Mendapatkan kebahagiaan berarti berbuat baik dan bekerja, tidak berspekulasi dan bermalas-malasan. Kemalasan mungkin terlihat menarik, tetapi hanya pekerjaan yang memberimu kepuasan sejati." - Anne Frank


Salam sayang,

Ajeng LeoditaπŸ’“





4 komentar:

  1. Sepakat nih dengan quote nya. Lebih baik sibuk bekerja daripada bingung nganggur. Mati gayaaaa, gak enak banget πŸ˜‚

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sakitnya double mbak kalo sibuk nyari kerja, sumpah beneran wkwkwkwkwkwkkw
      Makasih ya mba sudah mampir. Salam syg

      Hapus
  2. Jadi tahu loh kalo untuk menjadi tur guide ga sembarangan πŸ˜…. Ada tahapannya ternyata ya mba.

    Dulu aku sempet mauuu bgt kuliah di jurusan pariwisata. Tapi ga dikasih Ama papa. πŸ˜”. Padahal memang dari dulu itu passionku ya traveling. Untungnya Skr masih bisa, tapi jadi tur guide buat diri sendiri 🀣. Cari info sendiri, walopun terkadang ga lengkap. Ttp lebih asyik kalo dijelasin Ama tur guide profesional.

    Rasanya pekerjaan jadi pramuwisata ga bakalan hilang sih. Aku sendiri kalo ke LN, paling suka mba cari free walking tour. Soalnya kalo dpt guide yg seru, ya asik2 aja, apalagi penjelasannya jadi LBH paham.

    BalasHapus
  3. Yg bikin takjub, tour guide yg masih aktif itu usianya udh smpe 70 tahunan, ampunn luar biasa semangatnya, Mbak Fan.

    Rata2 bisa minimal 2 bahasa selain Inggris. ya Allah keren bgt kan. Yang pasti utk jg TG itu ingatan ga boleh lemah, deh.

    BalasHapus