Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Minggu, 20 Januari 2019

Fiksi Mini | "Happy Sunday, Bu"


Garin menimbang-nimbang rencananya esok hari. Sudah lama ia tak berkunjung ke rumah Tuhannya. Ibu seperti biasa, di tiap pukul 9 malam menyiapkan pakaian ayah, juga Nandita, adik Garin satu-satunya, untuk misa esok pagi. Ini Sabtu malam, berulang-ulang nada pesan masuk dari aplikasi whatsapp-nya berbunyi. Tak lain dan tak bukan, pasti teman-temannya yang sudah menunggu Garin di sebuah warung kopi dekat sekolahnya dulu. Reuni, ya, sebuah reuni setelah 10 tahun mereka tak bersua.
"Ndak jadi pergi, tho?" tanya ibu pada anak lelakinya yang hampir setengah jam hanya membisu di ruang tamu.
"Belum tahu, Bu."
"Lha, kenopo?"
"Ngga tahu,"
Ibu mendekat, mengambil posisi duduk di samping Garin.
"Apa yang kamu pikirkan tho, cah bagus?"
"Bu, besok aku mau gereja."
Ibu mendekatkan telinganya ke bibir Garin."
"Coba diulang, ibu kayaknya salah dengar,"canda bu Genduk.
"Iya, bu. Besok aku mau ke Gereja."
"Puji Tuhan, kamu serius, nak?"
Garin bergeming, namun sepasang bola matanya mulai berkaca-kaca.
Bu Genduk menahan tangis bahagia dalam hatinya. Mendengar kalimat itu dari bibir anak lelakinya seperti mendapati hujan sehari untuk ladangnya yang telah kering menahun. Tak ada yang tak mungkin untuk Tuhan.
Bu Genduk bergegas menuju kamar Garin, memilihkan pakaian terbaik putranya. Ya, pakaian kado Natal 2 tahun silam, saat terakhir kali Garin mau menginjakkan kakinya di gereja.
Sepanjang malam Garin tak bisa tidur nyenyak. Bayangan tentang suasana misa esok pagi terus menghiasi balon-balon pikirannya. Kerinduannya pada Tuhan semakin menjadi.
*
Pukul 5 pagi, Garin sudah mandi, mengenakan kemeja biru tua dan celana hitam yang ibu pilihkan. Garin mengetuk kamar ayah- ibu dan Nandita.
Ayah keluar kamar sendirian.
"Mau kemana, mas Garin?"
"Lho, ke Gereja, pak. Ayo, bapak mandi. Aku sudah masak air panas untuk bapak."
Pria 54 tahun itu memandang wajah anak lelakinya lamat-lamat, masih belum percaya dengan euforia pagi ini.
"Lho, mas Garin mau gereja, tho? Aku ndak mimpi kan, mas?" suara Anandita dari depan pintu kamarnya sempat membuat malu Garin.
"Yo wis, bapak mandi dulu. Nanti baru dek Anan, ya?" Bapak mengalihkan rasa malu Garin.
"Ibu mana, pak?"
"Kayaknya ibu hari ini ngga ikut ke gereja. Demam dari tengah malam tadi. Coba kamu lihat di kamar, mas."
Garin bergerak cepat menemui ibunya dalam kamar.
Wanita penuh kasih itu masih dengan mata terpejam terlihat agak pucat. Selimut bercorak bunga Lily menutup tubuhnya sampai dada. Dengan lembut Garin mengusap kening ibu. Mata perempuan itu terbuka perlahan.
"Mas Garin, ibu ndak ikut ke gereja, ya? Ibu kok kayaknya nggak kuat berdiri."
"Iya, bu. Istirahat aja. Biar, aku, bapak, dan adek yang ke gereja. Nanti kami doakan ibu biar cepat sembuh. Ibu ndak apa-apa ditinggal sendiri?"
"Mas Garin, sampaikan salam ibu sama Tuhan, ya? Maaf hari ini ibu absen dulu."
"Sehat dan sakit, lahir dan kematian, memang Tuhan yang atur kan, bu?
Ibu mengangguk pelan, bahkan hampir tak terlihat. Hanya senyuman tipis dari bibirnya yang menandakan bahwa ia masih baik-baik saja.
Pukul 6 pagi.
Gereja Santa Anna.
Para jemaat datang beriringan, dengan wajah-wajah penuh suka cita mendatangi rumah Tuhan. Begitupula Garin, bapak, dan Anandita.
Anandita, gadis polos itu terus meledek kakak lelakinya. Sementara bapak menyapa tiap-tiap tamu Tuhan yang berpapasan dengannya. Saat tiba di depan pintu gereja, Garin menghentikan langkah.
"Kenapa, mas?" tanya bapak heran.
"Bapak sama Anan duluan aja. Aku mau di sini dulu. Masih cukup waktunya sebelum misa.""Biar, aja, pak. Paling mau upload foto selfie kalo mas ke gereja. Iya, kan?
"Dek Anan, sudah, ya? Nanti masmu marah kalo diledek terus." Perintah bapak.
"Iyaaaa, maaf ya masku yang guanteng dhewe. Ayo, pak." Anan kemudian menggamit lengan bapak dan memasuki gereja tanpa berkata apa-apa lagi.
Setelah memastikan bapak dan adiknya duduk di bangku yang mereka pilih, Garin mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mengetikkan beberapa kalimat.
"Bu, aku sudah di gereja. Aku akan sampaikan salam ibu untuk Tuhan. Happy Sunday, bu."
***
Ledakan terjadi di depan Gereja Katolik Santa Anna.
Minggu (22/4) pagi. Kejadian tepat 30 menit sebelum misa dimulai. 
Daftar nama korban yang berhasil diinvestigasi :
1.Retno Linawati, (P), 69 tahun
2. Warsinto, (L), 64 tahun
3. Maria Helen, (P), 38 tahun
4. Stephani Ayu Sari, (L), 15 tahun
5. Gracia Wenny Laksono, (P), 47 tahun
6. Albertus Garin, (L) ,23 tahun
..................................................................


Repost from :
https://www.kompasiana.com/ajengleoditaanggarani/5af7f067ab12ae4b9f056104/happy-sunday-bu

0 comments:

Posting Komentar