Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Sabtu, 21 Oktober 2023

Ke-tomboy-an yang Luruh Gara-Gara AADC


 






Ihiwwww, akhirnya sampai juga di Blog Challenges Day-3 dari KEB. Saatnya membahas film atau drama favorit yang nggak bosan ditonton berkali-kali. Walaupun saya bukan tipikal perempuan yang perempuan banget, tapi film drama ini berhasil memikat hati saya, tsahhhhh.

Rasanya tanpa dituliskan judulnya pun pasti teman-teman udah pada tahu deh kalau clue-nya cuma Dian Sastro dan Nicolas Saputra. Ya, nggak?

Yepppp, Ada Apa Dengan Cinta.







Film drama garapan Rudi Soedjarwo ini benar-benar booming saat itu. Film yang ditayangkan pertama kali pada 8 Februari 2002 lalu mengisahkan tentang jalinan asmara remaja SMA, Cinta dan Rangga. Hubungan keduanya dipenuhi konflik, mulai dari sahabat hingga kisah masa lalu keluarga Rangga. Film ini sukses membuat orang tertawa dan menangis secara bergantian dalam durasi hanya 1 jam 52 menit.

 

AADC membuat saya sangat terkesan mengingat rilisnya pun bertepatan dengan masa-masa SMA saya. Seakan dekat dan mengalami sendiri situasi di dalamnya. Eh, tapi kita seumuran, kan? Kan? Iya, kan? Iya, dong?

Saking cintanya sama film ini, saya sampai 3x nonton di bioskop. Dan belasan kali nonton di DVD bajakan. Ya, mana boleh sih sama ortu berulang kali minta duit buat nonton film yang sama sampai belasan kali?

Buat yang belum tahu filmnya, mungkin ada dedek-dedek gemes yang seangkatan anak saya baca post ini, saya coba ulas tipis-tipis, ya.

Diawali dari sebuah lomba menulis puisi di sebuah sekolah, di mana ketua OSIS bernama Cinta yang tiap tahun biasa menjadi pemenang akhirnya bisa dikalahkan oleh seorang siswa bernama Rangga. Cinta memiliki 4 orang sahabat, mereka kerap menghabiskan waktu bersama. Kelima cewek hits itu tergabung dalam OSIS. Sudah jadi kebiasaan rutin para pengurus Mading OSIS untuk menuliskan profil pemenang lomba. Si Mbak Cinta mewakili teman-temannya, mencoba mengajak Rangga untuk melakukan wawancara. Akan tetapi, Rangga yang introvert kurang suka dengan budaya tersebut, ia malah terkesan mempersulit pengurus mading untuk melakukan wawancara. Sikap rangga yang sok cool membuat Cinta kesal sekaligus penasaran.





Long story short, keduanya pun akhirnya mulai dekat. Hubungan mereka bisa dikatakan tidak berjalan sangat mulus. Sikap Rangga yang aneh kadang membuat cinta terpaksa untuk memahami, termasuk pertemuan dengan gank Cinta yang makin lama makin jarang karena Cinta terlalu sibuk dengan Rangga. Teman-temannya pun complaint dengan perubahan sikap si kapten gank. Saat itu Cinta berada dalam dua pilihan yang sulit, yakni, memilih hubungannya dengan Rangga atau teman-temannya.




Film ini diakhiri dengan keberangkatan Rangga ke Amerika atas perintah ayahnya. Hal itu tak lepas dari masa lalu keluarga Rangga yang tak diceritakan secara gamblang dalam film itu. Namun, Rangga berjanji akan kembali suatu hari nanti. Cinta pun tak bisa berbuat apa-apa selain menerima perpisahan ini. Bukan cuma Cinta yang nangis saat adegan itu, karena saya dan sepertinya semua penonton film itu nangis berjamaah. Benar-benar sad.

 

Efek dari film ini sungguh luar biasa, bahkan hampir semua anak SMA di zaman itu kena sindrom AADC. Bagaimana tidak? Tokoh-tokoh di film itu hampir semuanya memiliki kepribadian menarik. Mulai dari Nicolas Saputra (Rangga) si cowok introvert yang menggilai buku-buku puisi, Dian Sastro (Cinta) yang selalu perfect sebagai si cantik yang juga ketua gank , Ladya Cheryl (Alya) sosok lemah lembut yang ternyata memiliki masalah besar dalam keluarga, Adinia Wirasti (Carmen) si paling gagah yang galak dan selalu menjaga para sahabatnya dari gangguan siapapun, Sissy Priscilia (Milly) yang lucu karena lemot dan Titi Kamal (Maura) yang paling centil karena hobi dandan.

 

Di SMA saya sendiri, tiba-tiba jadi muncul banyak gank cewek yang berlaga seperti para pemain AADC. Saya menyebutnya, totalitas tanpa batas, karena yang diikuti bukan hanya sikap, bahkan sampai penampilan pun diubah sedemikian rupa sehingga plek ketiplek mirip sekali dengan para pemeran film drama romantis itu. Untuk teman-teman yang cowok yang semula extrovert seketika berubah menjadi pendiam. Yang biasanya cengengesan berubah jadi cool. Alih-alih bikin terpukau, saya malah ngakak terus melihat perubahan sikap mereka.

 

Balik lagi ke soal filmnya.

Bukan hanya alurnya yang menarik untuk ditonton berkali-kali, namun juga soundtrack yang diputar sepanjang film benar-benar easy listening, mulai dari opening ost sampai film selesai. Tangan dingin pasangan suami istri musisi, Anto Hoed dan Melly Goeslaw terbilang sangat sukses melahirkan musik-musik yang membuat film ini semakin terasa hidup. Seumur-umur saya nonton film, rasanya baru AADC-lah yang punya soundtrack paling banyak sepanjang durasinya. Ada yang masih ingat lagu-lagunya. Nih, saya ingetin lagi deretan judulnya.

·       Tentang Seseorang

·       Ku Bahagia

·       Suara Hati Seorang Kekasih

·       Hanya

·       Demikian

·       Denting

·       Bimbang

·       Ingin Mencintai dan Dicintai

·       Dll

 

Percaya atau nggak, saya hapal hampir semua lirik dari masing-masing lagunya. Jadi selama SMA, aktivitas saya selain sekolah ya hapalin lagu-lagu ost AADC. 😆😆😆

Namun, ada yang lebih menarik buat saya pribadi. Sebuah pengalaman yang nggak akan saya lupa (mungkin) sampai mati.

Bersamaan dengan booming-nya film AADC, saya kenalan dengan cowok dari sekolah lain. Dikenalkan oleh kakak kelas saya. Namanya Rangga juga. Ciahhh. Mulanya saya kira dia bohong. Tapi ternyata engga. Namanya benar-benar Rangga. Tepatnya Rangga Marwan.

Beda Rangga AADC dengan Rangganya saya adalah, kalau Rangga AADC itu introvert yang suka baca buku, sementara Rangganya saya introvert yang suka tawuran. Dua hal yang berbanding terbalik, ya.

Walau terkesan seperti preman, Rangga ini sangat santun. Ke keluarga besar saya pun dia sangat baik. Saat itu saya sudah dikenalkan sama keluarganya, lho. Kenakalan saya sepanjang pacaran sama dia cuma berani bolos sekolah karena mau nemenin dia kursus sepak bola.

Walau hubungan kami nggak lama, tapi kami tetap berhubungan baik. Rangga masih kerap kasih kado ke saya tiap ulang tahun, masih suka antar oleh-oleh kalau habis kejuaraan di luar kota. Saya punya pacar, dia tahu, pun sebaliknya. Kami sama-samamenghargai.

Dia pernah bilang sama saya, “kalau nanti Rangga sudah punya uang banyak, Rangga datang ke rumah Ajeng, ya. Rangga lamar Ajeng.” So sweet, kan?

Tapi semua itu nggak pernah jadi kenyataan. Karena 14 September 2006, Rangga berpulang. Pulang yang tanpa berpamitan. Sebuah insiden tawuran membuat Rangga harus berpulang untuk selamanya. Saya datang saat pemakaman. Suasananya rame banget waktu itu, karena selain saya, ada juga wartawan yang meliput. Ya, Namanya juga salah satu korban jiwa. Pasti wartawan nggak akan menyianyiakan momen ini, dong.




Kenapa saya bahas mantan di blog yang memungkinkan suami saya baca?

Ya, nggak apa-apa. Rangga itu kisah manis saya jaman muda. Suami saya pun tahu ceritanya. Tidak ada rahasia di antara kami. Saya masih berhubungan baik dengan adik-adiknya Rangga pun suami saya tahu. Bahkan kami pernah makan bersama di salah satu mall.

Mengakhiri kisah ini, saya minta dibantu, ya, untuk kirimkan Al Fatihah buat Almarhum Rangga Marwan bin Iwan Suandi. Semoga Rangga sudah bahagia di Surga. Jadi, kalau saya ingat film AADC, jadi kepikiran Rangga. Pas lagi ingat Rangga jadi kepikiran AADC. Begitu aja terus sampai tulisan ini selesai, hehehe.

 

Salam sayang,

Ajeng Leodita

 


 


1 komentar:

  1. Yaaaa endingnya agak nyesek ya mba.. 😔.

    Btw, kalo film AADC ini, aku nontonnya itu baru THN lalu, di Netflix 🤣🤣🤣.soalnya pas aadc 1 muncul, aku udh di Penang, jadi mana sempet nonton filmnya. Begitu masuk Malaysia, ga tertarik juga, Krn dulu aku memang jaraaang nonton film Indonesia mba 😁. Makanya baru nonton , itu juga Krn penasaran Ama aadc 2. Di antara 2 film itu aku LBH suka yg pertama sih 😅

    BalasHapus