Ke-tomboy-an yang Luruh Gara-Gara AADC
Ihiwwww,
akhirnya sampai juga di Blog Challenges Day-3 dari KEB. Saatnya membahas film atau drama favorit yang
nggak bosan ditonton berkali-kali. Walaupun saya bukan tipikal perempuan yang
perempuan banget, tapi film drama ini berhasil memikat hati saya, tsahhhhh.
Rasanya
tanpa dituliskan judulnya pun pasti teman-teman udah pada tahu deh kalau
clue-nya cuma Dian Sastro dan Nicolas Saputra. Ya, nggak?
Yepppp,
Ada Apa Dengan Cinta.
Film
drama garapan Rudi Soedjarwo ini benar-benar booming saat itu. Film yang ditayangkan pertama kali pada 8
Februari 2002 lalu mengisahkan tentang jalinan asmara remaja SMA, Cinta dan
Rangga. Hubungan keduanya dipenuhi konflik, mulai dari sahabat hingga kisah
masa lalu keluarga Rangga. Film ini sukses membuat orang tertawa dan menangis
secara bergantian dalam durasi hanya 1 jam 52 menit.
AADC
membuat saya sangat terkesan mengingat rilisnya pun bertepatan dengan masa-masa
SMA saya. Seakan dekat dan mengalami sendiri situasi di dalamnya. Eh, tapi kita seumuran, kan? Kan? Iya,
kan? Iya, dong?
Saking
cintanya sama film ini, saya sampai 3x nonton di bioskop. Dan belasan kali
nonton di DVD bajakan. Ya, mana boleh sih sama ortu berulang kali minta duit
buat nonton film yang sama sampai belasan kali?
Buat
yang belum tahu filmnya, mungkin ada dedek-dedek gemes yang seangkatan anak
saya baca post ini, saya coba ulas tipis-tipis, ya.
Diawali
dari sebuah lomba menulis puisi di sebuah sekolah, di mana ketua OSIS bernama
Cinta yang tiap tahun biasa menjadi pemenang akhirnya bisa dikalahkan oleh
seorang siswa bernama Rangga. Cinta memiliki 4 orang sahabat, mereka kerap
menghabiskan waktu bersama. Kelima cewek hits
itu tergabung dalam OSIS. Sudah jadi kebiasaan rutin para pengurus Mading OSIS
untuk menuliskan profil pemenang lomba. Si Mbak Cinta mewakili teman-temannya, mencoba
mengajak Rangga untuk melakukan wawancara. Akan tetapi, Rangga yang introvert kurang suka dengan budaya
tersebut, ia malah terkesan mempersulit pengurus mading untuk melakukan
wawancara. Sikap rangga yang sok cool
membuat Cinta kesal sekaligus penasaran.
Long story short, keduanya pun akhirnya mulai dekat.
Hubungan mereka bisa dikatakan tidak berjalan sangat mulus. Sikap Rangga yang
aneh kadang membuat cinta terpaksa untuk memahami, termasuk pertemuan dengan
gank Cinta yang makin lama makin jarang karena Cinta terlalu sibuk dengan
Rangga. Teman-temannya pun complaint
dengan perubahan sikap si kapten gank. Saat itu Cinta berada dalam dua pilihan
yang sulit, yakni, memilih hubungannya dengan Rangga atau teman-temannya.
Film
ini diakhiri dengan keberangkatan Rangga ke Amerika atas perintah ayahnya. Hal
itu tak lepas dari masa lalu keluarga Rangga yang tak diceritakan secara gamblang
dalam film itu. Namun, Rangga berjanji akan kembali suatu hari nanti. Cinta pun
tak bisa berbuat apa-apa selain menerima perpisahan ini. Bukan cuma Cinta yang
nangis saat adegan itu, karena saya dan sepertinya semua penonton film itu
nangis berjamaah. Benar-benar sad.
Efek
dari film ini sungguh luar biasa, bahkan hampir semua anak SMA di zaman itu
kena sindrom AADC. Bagaimana tidak? Tokoh-tokoh di film itu hampir semuanya memiliki
kepribadian menarik. Mulai dari Nicolas Saputra (Rangga) si cowok introvert yang
menggilai buku-buku puisi, Dian Sastro (Cinta) yang selalu perfect sebagai si cantik yang juga ketua gank , Ladya Cheryl
(Alya) sosok lemah lembut yang ternyata memiliki masalah besar dalam keluarga,
Adinia Wirasti (Carmen) si paling gagah yang galak dan selalu menjaga para
sahabatnya dari gangguan siapapun, Sissy Priscilia (Milly) yang lucu karena
lemot dan Titi Kamal (Maura) yang paling centil karena hobi dandan.
Di SMA
saya sendiri, tiba-tiba jadi muncul banyak gank
cewek yang berlaga seperti para pemain AADC. Saya menyebutnya, totalitas tanpa
batas, karena yang diikuti bukan hanya sikap, bahkan sampai penampilan pun
diubah sedemikian rupa sehingga plek
ketiplek mirip sekali dengan para pemeran film drama romantis itu. Untuk
teman-teman yang cowok yang semula extrovert
seketika berubah menjadi pendiam. Yang biasanya cengengesan berubah jadi cool. Alih-alih bikin terpukau, saya
malah ngakak terus melihat perubahan sikap mereka.
Balik
lagi ke soal filmnya.
Bukan
hanya alurnya yang menarik untuk ditonton berkali-kali, namun juga soundtrack yang diputar sepanjang film
benar-benar easy listening, mulai
dari opening ost sampai film selesai.
Tangan dingin pasangan suami istri musisi, Anto Hoed dan Melly Goeslaw
terbilang sangat sukses melahirkan musik-musik yang membuat film ini semakin
terasa hidup. Seumur-umur saya nonton film, rasanya baru AADC-lah yang punya
soundtrack paling banyak sepanjang durasinya. Ada yang masih ingat
lagu-lagunya. Nih, saya ingetin lagi deretan judulnya.
· Tentang Seseorang
· Ku Bahagia
· Suara Hati Seorang Kekasih
· Hanya
· Demikian
· Denting
· Bimbang
· Ingin Mencintai dan Dicintai
· Dll
Percaya
atau nggak, saya hapal hampir semua lirik dari masing-masing lagunya. Jadi
selama SMA, aktivitas saya selain sekolah ya hapalin lagu-lagu ost AADC. 😆😆😆
Namun,
ada yang lebih menarik buat saya pribadi. Sebuah pengalaman yang nggak akan saya
lupa (mungkin) sampai mati.
Bersamaan
dengan booming-nya film AADC, saya kenalan dengan cowok dari sekolah lain.
Dikenalkan oleh kakak kelas saya. Namanya Rangga juga. Ciahhh. Mulanya saya kira dia bohong. Tapi ternyata engga. Namanya benar-benar
Rangga. Tepatnya Rangga Marwan.
Beda
Rangga AADC dengan Rangganya saya adalah, kalau Rangga AADC itu introvert yang suka baca buku, sementara
Rangganya saya introvert yang suka
tawuran. Dua hal yang berbanding terbalik, ya.
Walau
terkesan seperti preman, Rangga ini sangat santun. Ke keluarga besar saya pun
dia sangat baik. Saat itu saya sudah dikenalkan sama keluarganya, lho.
Kenakalan saya sepanjang pacaran sama dia cuma berani bolos sekolah karena mau
nemenin dia kursus sepak bola.
Walau
hubungan kami nggak lama, tapi kami tetap berhubungan baik. Rangga masih kerap
kasih kado ke saya tiap ulang tahun, masih suka antar oleh-oleh kalau habis
kejuaraan di luar kota. Saya punya pacar, dia tahu, pun sebaliknya. Kami
sama-samamenghargai.
Dia
pernah bilang sama saya, “kalau nanti
Rangga sudah punya uang banyak, Rangga datang ke rumah Ajeng, ya. Rangga lamar
Ajeng.” So sweet, kan?
Tapi
semua itu nggak pernah jadi kenyataan. Karena 14 September 2006, Rangga
berpulang. Pulang yang tanpa berpamitan. Sebuah insiden tawuran membuat Rangga
harus berpulang untuk selamanya. Saya datang saat pemakaman. Suasananya rame
banget waktu itu, karena selain saya, ada juga wartawan yang meliput. Ya,
Namanya juga salah satu korban jiwa. Pasti wartawan nggak akan menyianyiakan
momen ini, dong.
Kenapa
saya bahas mantan di blog yang memungkinkan suami saya baca?
Ya,
nggak apa-apa. Rangga itu kisah manis saya jaman muda. Suami saya pun tahu
ceritanya. Tidak ada rahasia di antara kami. Saya masih berhubungan baik dengan
adik-adiknya Rangga pun suami saya tahu. Bahkan kami pernah makan bersama di
salah satu mall.
Mengakhiri
kisah ini, saya minta dibantu, ya, untuk kirimkan Al Fatihah buat Almarhum
Rangga Marwan bin Iwan Suandi. Semoga Rangga sudah bahagia di Surga. Jadi,
kalau saya ingat film AADC, jadi kepikiran Rangga. Pas lagi ingat Rangga jadi
kepikiran AADC. Begitu aja terus sampai tulisan ini selesai, hehehe.
Salam
sayang,
Ajeng
Leodita
Yaaaa endingnya agak nyesek ya mba.. 😔.
BalasHapusBtw, kalo film AADC ini, aku nontonnya itu baru THN lalu, di Netflix 🤣🤣🤣.soalnya pas aadc 1 muncul, aku udh di Penang, jadi mana sempet nonton filmnya. Begitu masuk Malaysia, ga tertarik juga, Krn dulu aku memang jaraaang nonton film Indonesia mba 😁. Makanya baru nonton , itu juga Krn penasaran Ama aadc 2. Di antara 2 film itu aku LBH suka yg pertama sih 😅