Dinas Luar Kota adalah Liburan Cara Aku
Menjadi seorang ibu
bekerja, membuat saya memiliki waktu yang pas-pasan untuk dibagi, antara:
pekerjaan, keluarga, dan me time tentunya. Ditambah lagi dengan biaya
hidup yang besar yang membuat saya harus pintar-pintar berhemat. Mengalokasikan dana tabungan
guna kebutuhan liburan rasanya harus berpikir puluhan bahkan ratusan kali
untuk melakukannya. Hemat atau pelit? Hahaha....
Namun, sepertinya takdir saya
bisa diajak kompromi. Kebetulan saya bekerja di industri telekomunikasi. Hal
itu memungkinkan saya mendapatkan tugas keluar kota. Bekerja sambil liburan, gratis
dan senang, donk! Tempat-tempat yang pernah saya kunjungi di tengah-tengah dinas luar kota di antaranya Kawasan Wisata
Batu, Malang.
Saya dan teman-teman admin Jawa Timur |
![]() |
Pernah juga ke Keraton Kasepuhan Cirebon :D |
Di antara beberapa
pengalaman serupa, ada satu wilayah dinas yang paling berkesan untuk saya. Pada
tahun 2013 di salah satu propinsi di ujung Indonesia. Sulawesi Utara. Saya
anggap diutus untuk bertugas di sana adalah sebuah privilege, di saat
rekan-rekan saya saling bersaing untuk mendapatkan “golden ticket” itu,
eh, kok, justru saya yang dipilih. Jumawa sedikit boleh, ya? Hehhee…
Mulanya saya tidak punya niat untuk menyempatkan diri liburan di tengah rutinitas saya di sana, karena definisi liburan buat saya pribadi adalah mengambil waktu lebih dari satu hari untuk melepaskan diri dari penatnya rutinitas harian. Saya yakin tidak akan punya waktu banyak untuk berlibur. Kebetulan posisi saya di perusahaan ini adalah site acquisition di mana saya harus mengakuisisi lahan yang nantinya akan dibangun tower. Pekerjaan saya otomatis akan berurusan dengan masyarakat lingkungan sekitar lahan yang diakuisisi. Belum lagi sosialisasi yang harus saya lakukan di hadapan dewan pemerintahan setempat sampai dengan walikota. Jelas itu akan sangat menghabiskan waktu.
Kenapa sih banyak orang
ingin ke Sulawesi Utara? Jawabannya mayoritas akan sama, siapa sih yang nggak mau
ke Taman Wisata Bunaken? Atau mendatangi
pulau-pulau kecil nan indah yang berair biru jernih? Juga danau-danau yang
tenang yang bisa kita susuri dengan perahu sepeda. Ada pula wisata religius seperti
Bukit Kasih, dimana ada 5 rumah ibadah dibangun berisisian.
Tak hanya itu, Manado
juga dikenal dengan wisata kuliner ikan laut segar, seafood, dan sambal mereka
yang terkenal pedas luar biasa juga salah satu godaan iman yang tak bisa
dilewatkan begitu saja. Tempat nongkrong di sepanjang jalan boulevard pun bisa
jadi pilihan asik untuk mereka yang ingin melepas lelah setelah seharian
bekerja.
![]() |
Saat mendaki Bukit Kasih, lumayan banyak anak tangga sehingga kaki saya gemetar, Bestie! |
![]() |
Di Danau Linow dengan rekan kerja saya, Kang Den. |
Namun, ternyata saya merasa ada yang kurang. Setelah diingat-ingat saya sempat melupakan hobi saya. Hobi sejak kecil yang sebenarnya ingin terus saya lakukan sampai turun temurun pada anak dan cucu saya kelak. Saya sangat hobi datang ke tempat itu, tempat yang tidak ramai dikunjungi dan bukan impian banyak orang. Saya justru ingin menyambangi area yang terkesan kaku dan kecil kemungkinan untuk dipilih menjadi destinasi wisata. Area yang sepinya menyerupai kuburan. Area yang terbilang tidak terlalu modern, malah terkesan kuno untuk anak-anak jaman now.
Museum, tempat yang
kadang terlupakan. Tempat yang “hanya” menjadi pilihan (biasanya) oleh sekolah-sekolah
dasar yang jadwal kunjungannya masuk dalam kurikulum mereka. Selebihnya? Hanya
orang-orang yang punya minat khusus yang akan menyambanginya. Miris? Jelas.
Saya menyampaikan ini karena saya punya bukti konkret betapa museum terutama di
Manado tahun ini lebih layak dijadikan tujuan uji nyali dari pada wisata.
Museum Negeri Sulawesi
Utara. Letaknya di jalan WR.Supratman No.72, tepat di depan SMPN 1 Manado.
Sejujurnya akses ke sana bisa dibilang cukup mudah, tersedia bermacam jenis angkutan
umum yang melintas di depannya. Namun sayangnya kondisi itu berbeda dengan di bagian
dalam museum. Terkesan sepi sampai saya sempat merasa takut sendiri berada di
dalam sana. Tapi, rugi donk sudah jauh-jauh sampai ke sini kalau tidak jadi
tour museum cuma perkara takut penampakan? Hehehe. Apalagi tidak ada tarif
khusus sebagai tiket masuk, petugas penjaga pintu masuk bilang, “Bayar saja
seikhlasnya untuk biaya perawatan museum.”
Untuk mewakili cerita
saya, berikut tampilan foto-foto yang saya ambil di sana.
![]() |
Pemandangan di Luar Museum |
![]() |
Pemandangan di Luar Museum |
![]() |
Pemandangan di Luar Museum |
![]() |
Koleksi Museum |
![]() |
Koleksi Museum |
![]() |
Koleksi Museum |
![]() |
Koleksi Museum |
![]() |
Koleksi Museum |
![]() |
Itu ada saya di kaca :D |
Sejak kecil saya memang
suka ke museum, selain saat acara karya wisata sekolah, juga kadang di momen
liburan sekolah, kedua orang tua saya kerap mengajak saya berkunjung ke beberapa museum
di Jakarta.
Sebenarnya saya heran, kenapa nggak banyak orang yang suka mendatangi museum? Apa karena dianggap
kuno? Jelas kuno laahhh, karena barang-barang yang disimpan di dalamnya adalah
barang-barang peninggalan berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Pemerintah berusaha
memfasilitasi dengan merawat, memberikan tempat, dan membuat promosi agar banyak
masyarakat mau datang untuk melihat benda-benda mati yang menjadi saksi
sejarah. Pihak pengelola museum pun tidak memasang tarif mahal untuk para
pengunjung. Bahkan disediakan pula tour guide yang akan memberikan penjelasan
detil tentang sejarah dari tiap-tiap benda yang ada di dalamnya. Ada yang free, ada pula yang berbayar, tapi tarifnya pun tidak lebay, kok.
Lalu, apa sebenarnya
harapan pemerintah melakukan hal tersebut?
Dari kacamata saya yang diinginkan pemerintah di antaranya : Pemerintah ingin bangsa ini mengenal sejarahnya. Rakyat Indonesia tidak menyepelekan perjuangan pahlawan sehingga melanjutkan kemerdekaan ini dengan hal-hal positif. Membantu pemerintah mempromosikan Indonesia dengan mueum-museum yang sudah dibangun sedemikian rupa. Lewat jalur yang paling memungkinkan, salah satunya Media Sosial.
Sepertinya tidak terlalu
menyulitkan, bukan?
Dan di usia saya ke 36
tahun ini saya berharap banget bisa keliling Indonesia khusus untuk berkunjung
ke museum-museum yang tidak banyak dikenal orang.
Saya ingin membawa dua
anak saya untuk menjelajahi museum-museum di Indonesia dulu, baru kemudian berpetualang
ke mancanegara.
Mengutip kalimat dari
presiden pertama Republik Indonesia, IR.Soekarno bahwa Bangsa yang besar
adalah bangsa yang mengenal sejarah, hal tersebut ingin sekali saya sosialisasikan
pada keturunan-keturunan saya kelak. Kenali bangsamu dulu baru kamu bisa membanggakannya
di hadapan bangsa lain.
Kenapa suka dengan
museum sejarah?
Tiap kali berada di dalam museum sejarah saya merasa larut dalam memori dari tiap barang-barang peninggalan yang tersimpan di sana. Seketika pikiran saya melompat ke masa itu, masa di mana barang-barang itu masih dipakai selayaknya. Museum sejarah itu adalah asset bangsa yang istimewa. Tidak ternilai dan tak bisa diulang lagi memorinya. Contoh : Saat saya melihat mesin jahit Ibu Walanda Maramis yang masih terawat, saya mencoba membayangkan beliau duduk di sana sambil menjahit kebaya-kebayanya sendiri.
![]() |
Mesin Jahit Ibu Walanda Maramis |
![]() |
Patung Ibu Walanda Maramis |
Kenapa memilih museum yang tidak banyak dikunjungi banyak orang?
Karena saya justru ingin
memperkenalkan museum-museum tersebut pada khalayak banyak. Saya akan memanfaatkan
media sosial sebagai sarana promosi. Mengingat saya aktif menulis di media
sosial dan saya memiliki followers yang lumayan di sana. Barangkali bisa jadi Duta Museum Indonesia,
kan? Huehehhe…. (aamiin … aamiin ….)
Museum yang ingin
didatangi selanjutnya, apa aja, Jeng?
·
Museum
Ranggawarsita (Semarang)
·
Museum
Kereta Api Ambarawa (Semarang)
·
Batak
Museum (Samosir - Sumatera Utara)
·
Rumah
Tjong A Fie (Kota Medan)
·
Rumah
kelahiran Bung Hatta (Bukittinggi – Sumatera Barat)
·
Museum
Perjuangan "Tridaya Eka Dharma" (Bukittinggi – Sumatera Barat)
·
Museum
La Galigo (Kota Makassar)
·
Museum
Kota Makassar (Kota Makassar)
·
Museum
Siwalima Maluku (Teluk Ambon – Maluku)
Rasanya pingin banget keliling
Indonesia buat datangi museum-museum itu. Saya mau museum lebih dekat dengan
masyarakat Indonesia. Jangan cuma anak-anak aja yang dijejali soal sejarah museum, para orang tua juga harusnya lebih paham supaya bisa kasih penjelasan
ke anak-anaknya tentang sejarah apa aja
yang ada di museum itu. Mungkin niat saya terkesan muluk-muluk, nggak apa-apa,
namanya juga usaha, yagesyaa…
Sebenarnya saya pernah
coba registrasi ke beberapa komunitas pecinta museum, tapi jadwal mereka tour museum kadang waktunya nggak
sesuai dengan jadwal libur kantor saya. Sehingga saya lebih sering nggak bisanya dari
pada bisa. Makanya saya pikir kenapa saya nggak coba tour museum sendiri saja?
Waktunya lebih fleksibel, saya bebas berpindah jadwal dari yang sudah saya
atur. Karena saya tipikal perempuan suka-suka. Suka males, suka rajin, suka
ngaret, suka kepagian, suka pinter tapi kadang kebanyakan lemotnya, hihihi.
Nah… pucuk di cinta, ulam
pun tiba, kebetulan saya masih punya stock cuti yang belum saya ambil di tahun ini, dan di
kantor saya hak cuti tidak bisa hangus (apalagi ditukar uang ☹ ) sisa
cuti yang ada masih bisa dipakai di tahun depan. Kayaknya memang takdir saya
liburan di tahun depan, deh.
Bisa kali ya sisa cuti ini
dimanfaatin buat keliling Indonesia bareng Traveloka. Secara di Traveloka
banyak banget pilihan untuk mendukung itinerary yang sudah aku buat. Tiket pesawat atau kereta api, ada.
Antar jemput bandara juga ada, loh. Mau rental mobil supaya kemana-mana gampang
juga bisa pake Traveloka. Hotel? Duh … nama hotel dari A to Z bakalan bisa ditemuin
di aplikasinya. Berhubung saya mau tour museum, mungkin saya akan cari hotel
yang ada Spa-nya. Kategori itu juga ada kok di Traveloka. Tinggal pencet-pencet
aja. Kalau udah di dalam hotel, dan nggak suka sama makanan yang disediakan
hotelnya, saya bisa pesan makanan pakai Traveloka juga. Tiba-tiba paket data
habis sementara harus tetap komunikasi sama kantor, saya bakalan satset beli
pulsa pake aplikasi yahud ini. Kalau kurang duit, kayaknya nggak bakal panik,
kan bisa Traveloka Paylater hihihi….
Saya jadi mikir, apa sih
yang ngga ada di Traveloka? Ah, tapi udahlah, udah mau 2023 masa mau cari-cari
kekurangan pihak lain melulu. Tapi jelaslah, Traveloka ini yang paling komplit,
kalian nggak perlu lagi pakai banyak-banyak aplikasi untuk support itinerary liburan
kalian.
And so, kalian kapan mau
liburan? Masa wacana terus? Nggak ada temen? Kenapa nggak sendirian aja? Justru
enak, kamu bisa kemana-mana ikutin kata hati kamu. Bebas leluasa, nggak perlu
takut kelamaan karena masih nyatok rambut sementara temen-teman kamu udah ready
jalan-jalan, nggak perlu ngadepin drama-drama temen ngambek karena makanan yang
mereka pilih beda sama selera kamu. Coba nikmatin hidup kamu dengan
sebaik-baiknya. Otak sama badan kamu itu capek kali dikasih ujian terus. Biarin
mereka jadi apa adanya mereka. Jangan suka punya standard di atas
kemampuan diri terus. Relax aja. Hidup itu harus dinikmati, kalo nggak bisa
selalu ya minimal sekali-sekali.
Ya udahlah, ya. Jangan cuma
dibaca sambil ngangguk-ngangguk aja, Besti. Gaskeunnnnn….. Kabarin aku kalau
mau jalan bareng, ya. Sama-sama kita liburan bareng Traveloka.
sambil dinas sekalian wisata ya kak, keren nih wisata museum saya juga suka banget
BalasHapusseru ya mbak :D
Hapussalam kenal mba Aisyah :)