Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Senin, 26 Desember 2022

Dinas Luar Kota adalah Liburan Cara Aku


 

Menjadi seorang ibu bekerja, membuat saya memiliki waktu yang pas-pasan untuk dibagi, antara: pekerjaan, keluarga, dan me time tentunya. Ditambah lagi dengan biaya hidup yang besar yang membuat saya harus pintar-pintar berhemat. Mengalokasikan dana tabungan guna kebutuhan liburan rasanya harus berpikir puluhan bahkan ratusan kali untuk melakukannya. Hemat atau pelit? Hahaha....

Namun, sepertinya takdir saya bisa diajak kompromi. Kebetulan saya bekerja di industri telekomunikasi. Hal itu memungkinkan saya mendapatkan tugas keluar kota. Bekerja sambil liburan, gratis dan senang, donk! Tempat-tempat yang pernah saya kunjungi di tengah-tengah dinas luar kota di antaranya Kawasan Wisata Batu, Malang. 


Saya dan teman-teman admin Jawa Timur

Pernah juga ke Keraton Kasepuhan Cirebon :D



Di antara beberapa pengalaman serupa, ada satu wilayah dinas yang paling berkesan untuk saya. Pada tahun 2013 di salah satu propinsi di ujung Indonesia. Sulawesi Utara. Saya anggap diutus untuk bertugas di sana adalah sebuah privilege, di saat rekan-rekan saya saling bersaing untuk mendapatkan “golden ticket” itu, eh, kok, justru saya yang dipilih. Jumawa sedikit boleh, ya? Hehhee…

Mulanya saya tidak punya niat untuk menyempatkan diri liburan di tengah rutinitas saya di sana, karena definisi liburan buat saya pribadi adalah mengambil waktu lebih dari satu hari untuk melepaskan diri dari penatnya rutinitas harian. Saya yakin tidak akan punya waktu banyak untuk berlibur. Kebetulan posisi saya di perusahaan ini adalah site acquisition di mana saya harus mengakuisisi lahan yang nantinya akan dibangun tower. Pekerjaan saya otomatis akan berurusan dengan masyarakat lingkungan sekitar lahan yang diakuisisi. Belum lagi sosialisasi yang harus saya lakukan di hadapan dewan pemerintahan setempat sampai dengan walikota. Jelas itu akan sangat menghabiskan waktu.

Kenapa sih banyak orang ingin ke Sulawesi Utara? Jawabannya mayoritas akan sama, siapa sih yang nggak mau ke Taman Wisata Bunaken? Atau mendatangi pulau-pulau kecil nan indah yang berair biru jernih? Juga danau-danau yang tenang yang bisa kita susuri dengan perahu sepeda. Ada pula wisata religius seperti Bukit Kasih, dimana ada 5 rumah ibadah dibangun berisisian.

Tak hanya itu, Manado juga dikenal dengan wisata kuliner ikan laut segar, seafood, dan sambal mereka yang terkenal pedas luar biasa juga salah satu godaan iman yang tak bisa dilewatkan begitu saja. Tempat nongkrong di sepanjang jalan boulevard pun bisa jadi pilihan asik untuk mereka yang ingin melepas lelah setelah seharian bekerja. 


Saat mendaki Bukit Kasih,
lumayan banyak anak tangga sehingga kaki saya gemetar, Bestie!



Di Danau Linow
dengan rekan kerja saya, Kang Den.


Namun, ternyata saya merasa ada yang kurang. Setelah diingat-ingat saya sempat melupakan hobi saya. Hobi sejak kecil yang sebenarnya ingin terus saya lakukan sampai turun temurun pada anak dan cucu saya kelak. Saya sangat hobi datang ke tempat itu, tempat yang tidak ramai dikunjungi dan bukan impian banyak orang. Saya justru ingin menyambangi area yang terkesan kaku dan kecil kemungkinan untuk dipilih menjadi destinasi wisata. Area yang sepinya menyerupai kuburan. Area yang terbilang tidak terlalu modern, malah terkesan kuno untuk anak-anak jaman now.

 

Museum, tempat yang kadang terlupakan. Tempat yang “hanya” menjadi pilihan (biasanya) oleh sekolah-sekolah dasar yang jadwal kunjungannya masuk dalam kurikulum mereka. Selebihnya? Hanya orang-orang yang punya minat khusus yang akan menyambanginya. Miris? Jelas. Saya menyampaikan ini karena saya punya bukti konkret betapa museum terutama di Manado tahun ini lebih layak dijadikan tujuan uji nyali dari pada wisata.

 

Museum Negeri Sulawesi Utara. Letaknya di jalan WR.Supratman No.72, tepat di depan SMPN 1 Manado. Sejujurnya akses ke sana bisa dibilang cukup mudah, tersedia bermacam jenis angkutan umum yang melintas di depannya. Namun sayangnya kondisi itu berbeda dengan di bagian dalam museum. Terkesan sepi sampai saya sempat merasa takut sendiri berada di dalam sana. Tapi, rugi donk sudah jauh-jauh sampai ke sini kalau tidak jadi tour museum cuma perkara takut penampakan? Hehehe. Apalagi tidak ada tarif khusus sebagai tiket masuk, petugas penjaga pintu masuk bilang, “Bayar saja seikhlasnya untuk biaya perawatan museum.”

 

Untuk mewakili cerita saya, berikut tampilan foto-foto yang saya ambil di sana. 




Pemandangan di Luar Museum


Pemandangan di Luar Museum


Pemandangan di Luar Museum



Koleksi Museum

Koleksi Museum

Koleksi Museum



Koleksi Museum



Koleksi Museum

Itu ada saya di kaca :D



Sejak kecil saya memang suka ke museum, selain saat acara karya wisata sekolah, juga kadang di momen liburan sekolah, kedua orang tua saya kerap mengajak saya berkunjung ke beberapa museum di Jakarta.

Sebenarnya saya heran, kenapa nggak banyak orang yang suka mendatangi museum? Apa karena dianggap kuno? Jelas kuno laahhh, karena barang-barang yang disimpan di dalamnya adalah barang-barang peninggalan berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Pemerintah berusaha memfasilitasi dengan merawat, memberikan tempat, dan membuat promosi agar banyak masyarakat mau datang untuk melihat benda-benda mati yang menjadi saksi sejarah. Pihak pengelola museum pun tidak memasang tarif mahal untuk para pengunjung. Bahkan disediakan pula tour guide yang akan memberikan penjelasan detil tentang sejarah dari tiap-tiap benda yang ada di dalamnya. Ada yang free, ada pula yang berbayar, tapi tarifnya pun tidak lebay, kok.

Lalu, apa sebenarnya harapan pemerintah melakukan hal tersebut?

Dari kacamata saya yang diinginkan pemerintah di antaranya : Pemerintah ingin bangsa ini mengenal sejarahnya. Rakyat Indonesia tidak menyepelekan perjuangan pahlawan sehingga melanjutkan kemerdekaan ini dengan hal-hal positif. Membantu pemerintah mempromosikan Indonesia dengan mueum-museum yang sudah dibangun sedemikian rupa. Lewat jalur yang paling memungkinkan, salah satunya Media Sosial.

 

Sepertinya tidak terlalu menyulitkan, bukan?

 

Dan di usia saya ke 36 tahun ini saya berharap banget bisa keliling Indonesia khusus untuk berkunjung ke museum-museum yang tidak banyak dikenal orang.

Saya ingin membawa dua anak saya untuk menjelajahi museum-museum di Indonesia dulu, baru kemudian berpetualang ke mancanegara.

Mengutip kalimat dari presiden pertama Republik Indonesia, IR.Soekarno bahwa Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarah, hal tersebut ingin sekali saya sosialisasikan pada keturunan-keturunan saya kelak. Kenali bangsamu dulu baru kamu bisa membanggakannya di hadapan bangsa lain.

 

Kenapa suka dengan museum sejarah?

Tiap kali berada di dalam museum sejarah saya merasa larut dalam memori dari tiap barang-barang peninggalan yang tersimpan di sana. Seketika pikiran saya melompat ke masa itu, masa di mana barang-barang itu masih dipakai selayaknya. Museum sejarah itu adalah asset bangsa yang istimewa. Tidak ternilai dan tak bisa diulang lagi memorinya. Contoh : Saat saya melihat mesin jahit Ibu Walanda Maramis yang masih terawat, saya mencoba membayangkan beliau duduk di sana sambil menjahit kebaya-kebayanya sendiri. 

Mesin Jahit Ibu Walanda Maramis

Patung Ibu Walanda Maramis


 Kenapa memilih museum yang tidak banyak dikunjungi banyak orang?

Karena saya justru ingin memperkenalkan museum-museum tersebut pada khalayak banyak. Saya akan memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi. Mengingat saya aktif menulis di media sosial dan saya memiliki followers yang lumayan di sana.  Barangkali bisa jadi Duta Museum Indonesia, kan? Huehehhe…. (aamiin … aamiin ….)


Museum yang ingin didatangi selanjutnya, apa aja, Jeng?

·        Museum Ranggawarsita (Semarang)

·        Museum Kereta Api Ambarawa (Semarang)

·        Batak Museum (Samosir - Sumatera Utara)

·        Rumah Tjong A Fie (Kota Medan)

·        Rumah kelahiran Bung Hatta (Bukittinggi – Sumatera Barat)

·        Museum Perjuangan "Tridaya Eka Dharma" (Bukittinggi – Sumatera Barat)

·        Museum La Galigo (Kota Makassar)

·        Museum Kota Makassar (Kota Makassar)

·        Museum Siwalima Maluku (Teluk Ambon – Maluku)



 Ini nih wishlist saya ..... 💖💖💖💖💖



Rasanya pingin banget keliling Indonesia buat datangi museum-museum itu. Saya mau museum lebih dekat dengan masyarakat Indonesia. Jangan cuma anak-anak aja yang dijejali soal sejarah museum, para orang tua juga harusnya lebih paham supaya bisa kasih penjelasan ke anak-anaknya tentang sejarah apa aja yang ada di museum itu. Mungkin niat saya terkesan muluk-muluk, nggak apa-apa, namanya juga usaha, yagesyaa…

 

Sebenarnya saya pernah coba registrasi ke beberapa komunitas pecinta museum, tapi  jadwal mereka tour museum kadang waktunya nggak sesuai dengan jadwal libur kantor saya. Sehingga saya lebih sering nggak bisanya dari pada bisa. Makanya saya pikir kenapa saya nggak coba tour museum sendiri saja? Waktunya lebih fleksibel, saya bebas berpindah jadwal dari yang sudah saya atur. Karena saya tipikal perempuan suka-suka. Suka males, suka rajin, suka ngaret, suka kepagian, suka pinter tapi kadang kebanyakan lemotnya, hihihi.

 

Nah… pucuk di cinta, ulam pun tiba, kebetulan saya masih punya stock cuti  yang belum saya ambil di tahun ini, dan di kantor saya hak cuti tidak bisa hangus (apalagi ditukar uang ) sisa cuti yang ada masih bisa dipakai di tahun depan. Kayaknya memang takdir saya liburan di tahun depan, deh.

 

Bisa kali ya sisa cuti ini dimanfaatin buat keliling Indonesia bareng Traveloka. Secara di Traveloka banyak banget pilihan untuk mendukung itinerary yang sudah aku buat. Tiket pesawat atau kereta api, ada. Antar jemput bandara juga ada, loh. Mau rental mobil supaya kemana-mana gampang juga bisa pake Traveloka. Hotel? Duh … nama hotel dari A to Z bakalan bisa ditemuin di aplikasinya. Berhubung saya mau tour museum, mungkin saya akan cari hotel yang ada Spa-nya. Kategori itu juga ada kok di Traveloka. Tinggal pencet-pencet aja. Kalau udah di dalam hotel, dan nggak suka sama makanan yang disediakan hotelnya, saya bisa pesan makanan pakai Traveloka juga. Tiba-tiba paket data habis sementara harus tetap komunikasi sama kantor, saya bakalan satset beli pulsa pake aplikasi yahud ini. Kalau kurang duit, kayaknya nggak bakal panik, kan bisa Traveloka Paylater hihihi….

Saya jadi mikir, apa sih yang ngga ada di Traveloka? Ah, tapi udahlah, udah mau 2023 masa mau cari-cari kekurangan pihak lain melulu. Tapi jelaslah, Traveloka ini yang paling komplit, kalian nggak perlu lagi pakai banyak-banyak aplikasi untuk support itinerary liburan kalian.

 

And so, kalian kapan mau liburan? Masa wacana terus? Nggak ada temen? Kenapa nggak sendirian aja? Justru enak, kamu bisa kemana-mana ikutin kata hati kamu. Bebas leluasa, nggak perlu takut kelamaan karena masih nyatok rambut sementara temen-teman kamu udah ready jalan-jalan, nggak perlu ngadepin drama-drama temen ngambek karena makanan yang mereka pilih beda sama selera kamu. Coba nikmatin hidup kamu dengan sebaik-baiknya. Otak sama badan kamu itu capek kali dikasih ujian terus. Biarin mereka jadi apa adanya mereka. Jangan suka punya standard di atas kemampuan diri terus. Relax aja. Hidup itu harus dinikmati, kalo nggak bisa selalu ya minimal sekali-sekali.  #LifeYourWay

 

Ya udahlah, ya. Jangan cuma dibaca sambil ngangguk-ngangguk aja, Besti. Gaskeunnnnn….. Kabarin aku kalau mau jalan bareng, ya. Sama-sama kita liburan bareng Traveloka.

 

 



2 komentar:

  1. sambil dinas sekalian wisata ya kak, keren nih wisata museum saya juga suka banget

    BalasHapus