Sebuah blog yang berisikan tentang perjalanan wisata sejarah dan perjalanan kehidupan

Sabtu, 11 Februari 2023

Anakmu Bukan Bau Tangan, Dia Hanya Bucin pada Orangtuanya






Bucin alias Budak Cinta saat ini menjadi istilah yang cukup hits di kalangan generasi Z. Orang yang teridentifikasi terkena "virus" ini adalah orang-orang yang sedang jatuh cinta. Mereka akan melakukan banyak hal mulai dari yang normal sampai yang paling konyol untuk pasangannya, baik itu untuk yang berstatus pacaran maupun yang sudah masuk ke jenjang pernikahan. Tapi apakah ke-Bucin-an ini hanya milik mereka -- mereka yang sudah remaja atau dewasa saja? Tentu tidak.

Bayi-bayi mungil dan balita kita juga bisa bucin, lho. Istilah old school-nya mungkin "bau tangan". 

Intinya, yang dia hanya mau ibunya, ibunya, ibunya.

Di sini saya mau berbagi pengalaman pribadi saya mengurus anak kedua saya yang berjenis kelamin perempuan, usianya hampir 4 tahun. Saya merasa, gadis kecil saya ini sangat bucin pada mamanya, walau tidak selalu 24 jam kami punya waktu bersama.

Sebagai ibu bekerja, saya kerap meninggalkan anak saya di rumah dan mempercayakan penjagaannya pada nenek dan kakeknya. Kenapa saya tidak pakai baby sitter? Karena orang tua saya yang melarang. Ok, sampai di sini paham, ya? Hehehe.

Sejak usianya 2 tahun, setiap kali saya pulang kerja, walaupun dia sedang asik main dengan boneka-bonekanya, atau sedang diajak bercanda dengan nenek dan kakeknya, dia akan melepaskan itu semua saat melihat saya sudah ada di hadapannya. Lalu menatap saya untuk beberapa saat sambil tersenyum kemudian minta dipeluk/digendong.  Kalau sudah ada saya di rumah, dia suka nggak mau dilepas lagi. Bahkan untuk ganti pakaian rumah saja saya nggak sempat.

Dia seringkali minta ditemani main, sambil sesekali melakukan eye contact.

Saat gadis kecil saya masuk di usia 3 tahun, sikapnya menjadi lebih posesif. Dia nggak memperbolehkan saya dekat dengan siapapun selagi posisi saya masih bisa dijangkau oleh pandangan matanya. Bahkan saat menjelang tidur, dia hanya mau saya yang temani. Kebiasaan saya memang selalu menyanyikan lagu pengantar tidur minimal 5 judul.

Dia sering menunjukkan raut muka sedih saat saya sudah bersiap berangkat kerja. Rasanya matanya seperti bicara, "Di rumah aja, nggak usah kerja ya, Ma. Main aja sama aku,". 

Anyways, anak saya ini memiliki kendala speech delay, sehingga banyak hal yang dia inginkan tidak tersampaikan dengan baik. Namun, sebagai ibu, hanya dengan melihat tatapan mata dan gestur tubuhnya saya bisa memahami apa maunya.

Anak saya masuk kategori hiperaktif, walaupun dia perempuan tapi dia lebih lincah dari kakak laki-lakinya. Dia tidak takut ketinggian, tidak gampang menangis saat jatuh, dan walaupun dalam keadaan sakit ia juga bukan tipe anak yang lebih banyak diam. Dia akan tetap terlihat sehat dengan segala kelincahannya.

Neneknya pernah cerita pada saya, saat saya tidak berada di rumah, anak ini lebih banyak diam saat bermain. Dia hanya sibuk memperhatikan mainan-mainannya. Tapi saat bersama saya, anak ini agak lain. Dia suka "ngoceh-ngoceh" sambil sesekali melihat ekspresi saya. Jika saya tertawa, maka dia pun ikut tertawa.

Sekarang ini ada kebiasaan baru yang dia lakukan. Yaitu, minta pada neneknya untuk menghubungi saya melalui video call. Biasanya saya hanya mengaktifkan kamera sambil tetap melanjutkan pekerjaan. Dia pun tetap sibuk dengan mainannya, hanya saja sepertinya dia mau saya melihat aktivitasnya secara langsung jadi seakan kami ini ada di satu tempat yang sama.

Ada sebuah artikel yang narasumbernya seorang dokter mengatakan "Pada proses menyusui, tercipta bonding dan pemberian stimulasi. Saat menyusui langsung, ibu akan melakukan kontak mata dengan bayi, mengelus kepala dengan penuh kasih sayang, memerhatikan bayi yang menyusu serta mengajak bayi berbicara atau mendendangkan lagu untuk bayi," 

Sayangnya, anak saya tidak seberuntung itu. Ia tidak menerima cukup ASI. Sejak usianya 5 minggu saya terpaksa memberinya sufor karena produksi ASI saya sangat sedikit. Lalu kuantitas pertemuan kami pun terbatas. Saya berangkat kerja pagi sekali dan akan pulang pada larut malam. Jadi saat dia bayi, interaksi kami hanya di saat dia haus minta susu saat tengah malam.

Jadi ini memunculkan rasa penasaran, hal apa yang membuatnya sedekat ini dengan saya? Melihat saya jauh dari kata ideal sebagai ibu. 

Usut punya usut, sepertinya saya menemukan alasan mengapa walaupun dia tidak mendapatkan ASI yang cukup dan waktu kebersamaan yang banyak dengan saya. 

Saat saya bisa stay di rumah, saya maksimalkan kinerja saya sebagai ibu. Nenek dan kakeknya saya biarkan menikmati kesenangannya sendiri. Saya kerahkan semua cinta saya padanya. Saya ajak dia ngobrol walaupun dia belum bisa membalasnya, saya ajak bercanda sampai dia terkekeh-kekeh.  Saya berusaha selalu nampak di hadapannya jika saya sedang berada di rumah. Apapun yang dia butuhkan, selalu saya bantu. Saya tidak pernah membiarkannya sendirian barang sedetik pun. Hal ini saya anggap sebagai penebusan dosa saya padanya. Dan, Alhamdulillah, saya menjalankannya dengan ikhlas.

Jika ada yang bekerja Senin-Jumat dan ingin menikmati waktu libur sendirian, saya jutru berupaya membangun quality time dengan anak balita saya. Walaupun hanya 2 hari dalam seminggu, tapi saya total mengurusnya tanpa jeda. Hal itu semata-mata demi mengejar keyakinannya, bahwa mamanya selalu ada buat dia.  

Jadi, kalau anak Anda h a n y a mau "nemplok" sama Anda, dan tidak mau digantikan dengan siapapun, berhentilah menyebutnya "bau tangan". Pahamilah, bahwa dia sedang jatuh cinta pada ibunya, orang tuanya. Dia merasa selalu lebih aman ada dalam dekapan Anda. Dia merasa ingin dimanja oleh orang yang membuatnya nyaman. Dan dia tahu, bahwa Anda yang lebih dulu membangun rasa itu sehingga sekarang dia sambut dengan rasa cinta yang sama.

Coba deh sekarang mulai pelajari apakah anak anda masuk ke ciri-ciri yang bucin pada orang tuanya? Kalau iya, selamat. Anda sudah mendapatkan hatinya, tetaplah merawat itu karena masa kecil mereka tak akan pernah terulang lagi. Biarkan mereka mencintai anda selamanya. 

Dan terkhusus untuk para ibu bekerja, jangan kecil hati, manfaatkan waktu libur anda untuk menebus kerinduannya, mengembalikan rasa percayanya dan buatlah ia merasa Anda selalu ada walaupun tak selalu di depan mata.

Salam sayang 

dari Mama dan Orlee,


Tulisan ini juga diposting di sini

0 comments:

Posting Komentar