Tetangga Depan Rumah
![]() |
Sumber gambar : https://travelingyuk.com/ |
Hari ini genap 5 tahun
aku tinggal di perumahan ini. Tetangga yang ramah, fasilitas lengkap dan aman dari
maling karena hampir di segala penjuru diletakkan CCTV.
Awalnya, di blok ini ada
2 unit rumah yang belum terisi, rumah
yang kini kutempati dan rumah yang ada di depannya. Dari luas tanah dan
bangunan hampir sama, namun untuk desain aku lebih suka rumah yang akhirnya
jadi milikku ini.
Beberapa kali kulihat ada
yang menempati rumah di depanku, rumah bercat biru muda itu memang hanya
disewakan, tidak untuk dijual. Namun, mereka yang pernah mengisi rumah itu
tidak pernah bertahan lama. Ada yang hanya 6 bulan bahkan yang Cuma sebulan pun
ada. Entah apa alasannya, yang pasti mereka pergi tanpa sempat berpamitan lagi pada
tetangga sekitar.
Aku baru beberapa kali
melihat pemilik aslinya, seorang wanita tua yang kutaksir usianya sudah
mencapai kepala tujuh. Ia selalu datang seorang diri. Setelah kuperhatikan jadwal
kedatangannya, biasanya setahun sekali.
Jika datang, biasanya ia membawa
sebuah bungkusan berukuran sedang, kemudian akan menghabiskan waktu berjam-jam
dalam rumahnya. Aku tak tahu apa yang dilakukannya di dalam sana, karena aku hanya
bisa memantau dari jendela ruang tamuku. Mungkin wanita itu membersihkan bagian
dalam rumah atau memeriksa bagian-bagian yang harus diperbaiki. Banner yang menempel
di pagarnya menunjukkan bahwa ia memang masih terus mencari penyewa untuk rumah
itu sehingga wajar bila ia harus menjaga kondisinya. Tapi mungkin jauh lebih
pantas jika yang membersihkan rumah ini adalah anak-anaknya, mengingat usia
ibunya sudah tak muda lagi.
Para tetangga yang sudah mengenalnya
sejak dulu tak pernah lagi disambangi. Rumor yang beredar, sejak suaminya
meninggal dunia, anak-anaknya memutuskan untuk menjual rumah itu, namun si ibu
menolak, dengan alasan rumah ini satu-satunya peninggalan ayahnya. Akhirnya
diambil jalan tengah, rumah itu tak dijual namun hanya disewakan. Dan si ibu
diajak tinggal bersama anak-anaknya.
Sampai pada beberapa
bulan lalu, tanpa sengaja kami berpapasan di depan rumah, saat ia turun dari
mobilnya lalu membuka pagar. Sebagai tetangga kutawarkan bantuan. Wanita itu
menolak, sorot matanya terkesan curiga. Sumpah, rasanya menyesal sudah
menyapanya.
Aku langsung masuk ke
rumah, menghempaskan rasa kesal karena kejadian itu. Diam-diam aku mengamatinya
dari jendela, karena rasa penasaran yang cukup besar aku pun bergerak ke luar dan
mendekati pagarnya.
Samar-samar kudengar
wanita itu menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Astaga, apa ini? Aneh
sekali menyanyikan lagu ulang tahun tanpa ditemani siapa-siapa. Pikiranku
langsung tertuju pada bungkusan yang wanita itu bawa saat kami berpapasan tadi.
Mungkinkah itu kue ulang tahun? Apakah wanita itu tengah berulang tahun dan
ingin merayakannya seorang diri di sini? Segala macam dugaan memenuhi isi
kepala, rasa penasaran makin membabi buta. Walaupun sebenarnya aku takut ada
tetangga lain yang melihatku melakukan ini, atau sialnya, jika wanita tua itu
sadar ada seseorang yang menguntitnya karena curiga. Pikir belakangan, yang
penting aku tidak sampai mati penasaran.
Aku pun memutuskan untuk tetap
berdiri di pagar rumah itu, menunggu kejutan selanjutnya. Benar saja, kurang
dari 10 menit setelah wanita itu selesai bernyanyi, ia seakan tengah bicara
pada seseorang.
“Selamat ulang tahun, Pa.
tetap di rumah ini, ya. Jangan kemana-mana.”
0 comments:
Posting Komentar